Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Danone Indonesia Gandeng Indonesian Nutrition Association (INA) Mengajak Masyarakat untuk Memutus Rantai Anemia Lintas Generasi

26 Februari 2021   23:20 Diperbarui: 26 Februari 2021   23:42 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tema dalam webinar Peran Nutrisi Dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi (Doc: Danone Indonesia)

Stunting adalah pertumbuhan yang tidak sesuai dengan pertambahan umur. Kondisi ini masih menjadi masalah besar karena pada tahun 2018 angka stunting di Indonesia menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar yang dijalankan oleh Badan Litbangkes Kemenkes RI) mencapai 30,8n menempatkan Indonesia pada pringkat ke-4 dunia.

Temuan ini sungguh memprihatinkan untuk dicatat karena ternyata pertumbuhan ekonomi yang relatif cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir ini tidak serta merta paralel dengan kemajuan dalam kondisi gizi masyarakat.

Pada kasus stunting dan anemia balita dan anak, menurut Dr Diana, Anemia Zat Besi (ADB) bermula dari kekurangan zat gizi mikro pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Lebih lanjut beliau mengatakan kondisi ADB pada kehamilan usia remaja juga sangat rentan terhadap keselamatan dan kesehatan ibu dan bayi.

Maka, Dr Diana berharap agar skala prioritas perbaikan nutrisi dan gizi untuk mencegah stunting dilakukan pada 1000 HPK. Kekurangan nutrisi dan gizi akan berpengaruh jangka pendek dan jangka panjang pada tiap-tiap tingkatan generasi.

Beda sel darah normal vs Anemia Defisiensi Besi (doc: sehatQ)
Beda sel darah normal vs Anemia Defisiensi Besi (doc: sehatQ)
Pengaruh ADB pada Tumbuh-kembang Anak Sampai Remaja

Tiga beban nutrisi dan gizi menjadi ancaman terbesar bagi Indonesia karena berdampak terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Padahal, globalisasi sudah berjalan dengan persaingan yang ketat dan tentunya sangat ditentukan oleh kualitas SDM yang kita miliki.

Sedangkan data mengenai anemia menunjukkan 48,9% ibu hamil, 32% remaja berumur 15-24, dan 38,5 balita mengalami anemia. Secara umum sekitar 50-60% anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi atau biasa disebut Anemia Zat Besi (ADB).

Dampak buruk ADB pada anak akan mempengaruhi tumbuh-kembang anak sampai remaja yang akan menurunkan tingkat aktivitas fisik, motorik, menurunkan daya kreativitas serta meningkatkan risiko infeksi. Sedangkan pada kasus remaja, ADB dapat menurunkan produktivitas and kemampuan akademis.

Lebih lanjut, kondisi ADB yang terjadi pada penderita membawa pengaruh jangka pendek dan jangka panjang bagi tiap-tiap generasi. Jika ditarik benang merah, kondisi ini merupakan ancaman besar mengingat dampaknya terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Dr Diana Sunardi mengingatkan seorang perempuan hamil dengan kondisi ADB akan beresiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR), stunting, komplikasi saat melahirkan dan risiko lain yang mengancam jiwa si ibu. Padahal kondisi ADB sendiri dapat terjadi lintas generasi dan dapat diturunkan sejak remaja, ibu hamil, anak dan seterusnya.

Dampak Buruk Anemia pada Anak (doc: popmama.com)
Dampak Buruk Anemia pada Anak (doc: popmama.com)
Di sisi lain, negara dituntut untuk dapat menciptakan generasi dengan daya saing global. Sehingga terdapat urgensi untuk memutus mata rantai anemia lintas generasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun