Mohon tunggu...
Nunung Nurlaela
Nunung Nurlaela Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Dosen. Penulis. Blogger. Konten Kreator. Ibu Lima Anak. Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menembus Gramedia

23 Februari 2014   05:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:33 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak SD, tepatnya duduk di kelas empat. Kebiasaanku selalu menulis buku yang kuanggap sebagai buku diary. Menuliskan apa saja, sesuka hati. Menulis kejadian-kejadian yang terjadi di sekolah. Menuliskan kenakalan teman-teman cowok dan juga tentang pelajaran yang telah diajarkan.

Kebiasaanku terus kubawa hingga lanjut SLTP. Bahkan hobiku menulis semakin menggila. Tiap hari aku merangkai kata dengan hanya bermodal buku dan juga pena murah. Namun, aku begitu puas dan senang melakukannya. Selalu kubawa serta buku tersebut. Sampai aku pernah kehilangan buku itu. Aku sempat syok. Goresan pena yang berisi curahan hati dan puisi-puisi jiwaku lenyap entah kemana. Apa mau dikata, itu karena kecerobohanku juga tidak memeriksa isi tas ketika jam pulang sekolah.

Namun, aku tak putus asa. Toh, aku bisa menggoreskannya lagi. Kubeli buku yang baru dan lebih tebal dari yang dulu. Semakin betah aku menjelajahi baris demi baris, lembar demi lembar dalam buku baruku itu. Karena saking seringnya aku merangkai kata, dan juga sering merangkai kata nama teman-teman dalam deretan kalimat yang puitis, aku pun sempat dijuluki raja puisi oleh teman-teman dekatku.

Aku ingin menjadi penulis. Yah, itu salah satu impianku sejak kecil. Menulis apa pun. Cerpen, puisi bahkan sebuah artikel dan finalnya aku akan merilis beberapa novel best seller. Menjadi seorang penulis terkenal dan menghasilkan banyak karya. Aku ingin seperti mereka, yang bisa kaya dengan hanya bermodalkan pena. Aku ingin mempunyai buku yang diterbitkan oleh penerbit yang ternama. Bisa tidak ya? Ah jangan mimpi kamu…begitulah sisi hatiku yang lain berbisik.

Aku sering membeli majalah remaja dan juga tabloid yang menjadi inspirasi dan juga warna lain dalam tulisanku. Aku suka membuat cerpen dan aku ingin sekali mengirimkannya. Namun, aku tak sempat mengirimkannya. Karena cukup rumit bagiku dan tidak semudah jaman sekarang bisa lewat email maupun sosial media.

Sampai ketika aku kelas 2 SMU. Kebiasaanku menulis dalam buku impianku itu mulai berkurang. Banyak sebab, salah satu yang paling membuat aku sedih dan patah semangat adalah ketika mendengar bahwa kakak perempuanku yang keempat divonis leukemia stadium empat oleh sang dokter. Dan katanya bisa bertahan kurang lebih satu tahun. Ah, betapa sedih dan pilunya hatiku, apalagi ibuku, dan juga keluarga besarku semua turut berduka mendengar kabar ini.

Sulit rasanya membangkitkan lagi hobiku menulis. Rasanya isi kepala ini jauh sekali dari inspirasi. Imajinasiku telah pergi jauh meninggalkanku. Buku impianku entah kemana aku tak tahu. Aku tak lagi menyentuhnya. Apalagi setelah kepergian kakakku ketika aku menjelang lulus SMU. Aku terus berduka. Sampai aku lulus dan harus melanjutkan kuliah. Hingga akhirnya aku gagal dalam UMPTN.

Akhirnya setelah badai dalam hatiku berlalu, aku kuliah di sebuah PTN di Jogjakarta. Dibangku kuliah pun semangat menulisku belum juga tumbuh. Walau semangatku telah kembali dan dukaku telah pergi. Mungkin karena kesibukan kuliah dan kegiatan kampus yang cukup menyita waktuku, hingga aku tak pernah lagi mencoba untuk menulis dan membangun mimpiku.

Hingga suatu hari, aku diberi buku yang cukup bagus oleh kakak laki-lakiku. Ini buat kamu, terserah mau ditulis apa. Anggap saja ini buku diary. Deg! Buku diary? Oh rasanya lama sekali aku melupakannya. Buku diaryku yang dulu pun entah kemana rimbanya. Aku menyesal, mengapa aku tak menyimpannya dengan hati-hati. Hmm…ide yang bagus. Ya, aku akan mulai menulis lagi, walau hanya sebuah curhatan dan penat rasa dihati. Berawal dari situlah aku mencoba merangkai kata alam lembar-lembar kertas warna-warni. Sampai aku temukan pujaan hati dan menjalin ikatan suci untuk arungi bahtera kehidupan yang menanti.

Menjadi ibu rumah tangga menjadikanku lupa lagi akan hobiku. Sampai ketika aku menemukan sebuah komuniats keren. Sebelumnya aku juga sudah bergabung denganbeberapa grup kepenulisan dan mengikuti beberapa audisi buku antologi. Meski sudah merasakan lolos dalam beberapa antologi yang diterbitkan secara indie, aku belum merasa puas. Yah, impianku berkobar lagi. Menjadi penulis hebat dan menembus penerbit mayor yang handal seperti Gramedia.

Puncaknya ketika aku mengikuti sebuah pelatihan menulis yang digawangi oleh sebuah agensi naskah yang cukup terkenal di Bandung. Dengan biaya yang relatif sangat murah, aku dan peserta lainnya dibimbing dan dan diberikan support yang luar biasa untuk bisa menerbitkan sebuah buku. Aku dan semua peserta dibimbing membuat outline yang benar dan juga menarik.

Setelah berjibaku dengan outline yang harus dikirimkan setelah pelatihan. Pihak agensi naskah pun mengirimkan outline-outline tersebut diberbagai penerbit mayor yang terkenal, tak terkecuali Gramedia.

Tak ada seminggu aku dan semua peserta grup pelatihan tersebut mendapat kabar. Kabar tentang lolos tahap pertama outline kami di penerbit. Dan rasanya tak percaya, ada judul outlineku tertulis, berurutan dengan dua temanku yang lain. Alhamdulilah, Allahu Akbar! Rasanya seperti mimpi. Pantas saja banyak yang mention namaku. Ternyata mereka mengucapkan selamat padaku dan dua temanku yang lolos.

Rasa haru dan hampir tak percaya aku membaca pengumuman itu. Ah, outlineku dilrik oleh Gramedia! Penerbit yang dari dulu aku impikan! Dan rasanya excited serta seribu perasaan lainnya. Bagaimana tidak, pertama kali mengirim outline, langsung lolos! itu adalah prestasi luar biasa bagiku, seorang yang baru terjun dalam dunia kepenulisan. Akhirnya aku bisa menulis buku solo!

Ini adalah awal mula mimpiku. Bukan akhir dari mimpiku. Dan prestasiku ini belum apa-apa. Aku ingin terus menulis dan menulis. Mewujudkan mimpi-mimpiku. Menggoreskan pena untuk berdakwah dan menebar manfaat bagi umat sedunia. Ya Allah…mudahkanlah…

NB: Sekarang, buku solo saya sudah terbit. insya Allah nanti saya share di Kompasiana ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun