Mohon tunggu...
Nunung Kusumawati
Nunung Kusumawati Mohon Tunggu... Guru - Aktivitas sehari-hari sebagai pengajar SMA di Semarang

Penyuka seni, filsafat, dan berpikir bebas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Esensi Hari Guru

27 November 2020   23:09 Diperbarui: 28 November 2020   19:12 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tempo hari, tepatnya Rabu pagi, 25 November 2020, seperti biasa banyak  pesan masuk di WhatsApp ponsel saya. Khususnya di group siswa  kelas X IPS 1. Diawali pesan singkat dari Azell, si ketua kelas yang menyampaikan "Selamat Hari Guru Bu Nunung, you are the best role model for the students." Ah, Azell bisa aja, pikir saya sambil senyum-senyum sendiri. Hati makin girang ketika anak-anak lain menyusul memberikan ucapan selamat. Tak ketinggalan, di group orang tua wali juga demikian. Pagi ini rasanya saya dan teman-teman guru di Indonesia seolah menjadi artis yang menjadi pusat perhatian masyarakat. Ya, hari ini peringatan hari guru nasional. 

Berbicara tentang peringatan hari guru, di sekolah saya, SMA Islam Hidayatullah Semarang juga memperingatinya. Berawal dari ide yang muncul dari diskusi kecil dengan waka kurikulum,  lahirlah kegiatan yang dikemas apik (setidaknya menurut saya, hehe) untuk memperingati hari guru.  Kegiatan didesain sedemikian rupa, berlangsung selama dua hari dan membawa kehangatan emosi antar para guru di sekolah.

Hari pertama, Selasa, 24 November 2020, para guru mengikuti lomba. Nah, lomba yang bertajuk Ranking 1 ini bisa dibilang  unik  dan menarik. Uniknya adalah lomba ini berbentuk kuis menggunakan platform aplikasi Kahoot. Semua peserta berpacu menjawab pertanyaan dan berharap koneksi internet berpihak pada mereka. Banyak reaksi lucu diantara para guru saat menjawab kuis seperti sudah memencet jawaban di gadget tapi apa daya jawaban lama terkirim karena sinyal menghilang. Kami pun menertawakan diri kami sendiri saat jawaban muyer-muyer alias  telat terkirim atau bahkan salah menjawab karena benar-benar tidak tahu jawabannya. 

Alhasil terpilih big nine yang akan lanjut ke babak final. Pada fase ini, dengan menggunakan aplikasi Tiny Decision, kesembilan orang tersebut (termasuk saya) dibagi menjadi tiga kelompok  untuk bertarung di tahap berikutnya, yaitu cerdas cermat. Yes! Cerdas cermat. Saya jadi teringat waktu masih  kelas 6 SD saya mati-matian mempersiapkan diri belajar (lebih tepatnya menghafal dan enggak paham maksudnya, hehe) untuk mengikuti lomba cerdas cermat P4-Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila  tingkat kecamatan. Nah, kelompok kami pun naik ke podium mengikuti ajang tersebut. Tepuk tangan, support dari teman-teman guru  seakan makin menghidupkan suasana kolaborasi tim SMAHA (SMA Islam Hidayatullah) saat itu. Soal demi soal dibacakan bergantian oleh Kepala Sekolah, Bu Etik dan Waka Kurikulum, Pak Taufik  untuk menguji nyali  kecakapan kami sebagai guru. Banyak soal  yang terjawab dengan sempurna dan ada pula yang krik krik, sunyi sepi karena tak satupun dari kami yang mampu menjawab meski sudah  putar otak. Namun lomba berujung  menggembirakan. Alhamdulillah, tim kami meraih skor 1000 yang artinya berhasil bertengger di juara ke dua. 

whatsapp-image-2020-11-27-at-22-41-39-5fc1212a8ede4849e52bb443.jpeg
whatsapp-image-2020-11-27-at-22-41-39-5fc1212a8ede4849e52bb443.jpeg
Keseruan kami pun belum berhenti sampai di sini karena ada  lomba ke dua yang dipoles tak kalah apiknya yaitu Komunikata dan Komunigambar. Kembali para guru dibagi menjadi empat kelompok besar, setiap kelompok terdiri dari lima orang. Untuk menjawab soal yang diberikan oleh Waka Kesiswaan, Bu Wied, kami bergotong royong, berkolaborasi, berpikir kritis, berkomunikasi serta berkreasi semaksimal mungkin agar jawaban kami tepat.  Lomba ini pun sangat menyenangkan apalagi tim saya berhasil menyabet juara pertama, yeeee...  Akhirnya kegiatan  ditutup dengan refleksi. Beberapa guru menyampaikan senang dan terkesan dengan kegiatan ini.

Hari ke dua, Rabu, 25 November 2020, seluruh guru, staf, dan karyawan berkumpul berdoa bersama memohon kepada Allah agar senantiasa meridhoi, memudahkan kami para pendidik untuk membersamai para siswa belajar mencari dan mencintai ilmu guna menebar manfaat di masyarakat. Saya pikir, inilah esensi hari guru. Dimana guru menjadikan momentum tanggal 25 November sebagai  momen muhasabah, bahwa tujuan keberadaan guru adalah untuk memenuhi "kebutuhan" siswa.  Bahasa ekstrimnya, guru untuk siswa. Sebut saja contohnya, guru mesti mampu merancang pembelajaran yang tepat agar murid mudah memahami materi bukan nggaya menggunakan bermacam aplikasi canggih  tapi siswa zonk. Guru harus bisa merancang asesmen yang sesuai dengan konteks dan memancing daya nalar siswa. Guru juga kudu bisa merancang program kegiatan siswa yang tepat untuk beragam tujuan peningkatan skill siswa. Serta masih banyak hal lain yang muaranya  berpihak pada siswa. Lagi-lagi untuk siswa!

whatsapp-image-2020-11-27-at-22-41-39-2-5fc121488ede48773707aff2.jpeg
whatsapp-image-2020-11-27-at-22-41-39-2-5fc121488ede48773707aff2.jpeg
Esensi berikutnya dari kegiatan peringatan hari guru di sekolah kami adalah makan bersama, hehe. Tidak dipungkiri, ini adalah aktivitas paling favorit bagi kalangan siapa saja. Bukankah makan bersama sangat dianjurkan? Selain berdampak kenyang, aktivitas ini mampu menumbuhkan kegembiraan, meningkatkan keakraban, dan mencairkan komunikasi yang mungkin pernah beku diantara kami. Komunikasi adalah kunci kolaborasi.

Last but not least, selamat hari guru teman-teman... Mari bersama gelorakan esensi hari guru ini dengan merenung "Untuk apa saya ada diantara para siswa?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun