Mohon tunggu...
Nunung Kusumawati
Nunung Kusumawati Mohon Tunggu... Guru - Aktivitas sehari-hari sebagai pengajar SMA di Semarang

Penyuka seni, filsafat, dan berpikir bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Osing, Semua Masyarakat Tersenyum

23 Juli 2019   17:01 Diperbarui: 23 Juli 2019   19:13 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari lalu saya, rekan guru, dan murid-murid saya, SMA Islam Hidayatullah Semarang berkunjung di desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Sebuah desa eksotis (istilah yang tepat menurut saya) yang dihuni oleh masyarakat Suku Osing. Akhir-akhir ini, Banyuwangi menjelma memang menjadi salah satu destinasi pilihan untuk disinggahi. 

Sebuah tempat yang mungkin dulu hanya menjadi tempat mampir (bahkan hanya tempat buang air kecil) para wisatawan yang akan melanjutkan perjalanan ke Bali. Kini fenomena itu telah berubah, Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi, menyulap Banyuwangi khususnya Suku Osing Desa Kemiren menjadi daya tarik baru.

dokpri
dokpri
Masyarakat Osing di desa Kemiren ini, memiliki keunikan yang khas yang dijalankan secara turun temurun. Kentalnya adat dan budaya inilah yang justru memikat siapapun yang berkunjung ke sana. 

"Leluhur kami berpesan, bahwa sebaiknya masyarakat menikah dengan sesama warga masyarakat Osing. Oleh karena itu kami masih bisa menjaga dengan baik adat dan budaya kami." Ujar Herman, salah satu pengurus Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Desa Kemiren. Demikianlah masyarakat hari demi hari melestarikan  budayanya.

dokpri
dokpri
Keunikan lain adalah bahasa daerahnya, yaitu di setiap kata yang berakhiran huruf vokal maka ditambah huruf "a." Contoh, "Edi" maka menjadi "Edai," kata "Telu" yang artinya tiga menjadi "Telau." 

Hebatnya mereka tetap percaya diri memakai bahasa tersebut. Muhamad Edi Saputro, ketua Pokdarwis menyampaikan bahwa justru saya bangga sekali menggunakan bahasa asli Osing. Saya menjadi diri saya sendiri dan saya tunjukkan bahwa Suku Osing tidak kalah menariknya dengan masyarakat lain.

dokpri
dokpri
Desa Wisata Kemiren ini memiliki tiga core budaya yang dibungkus menjadi destinasi menarik bagi pengunjung. Yakni Tari tradisional Banyuwangi, musik gamelan, dan kopi Kemiren. Khusus kopi kemiren ini siapapun akan ketagihan. Cita rasa dan aromanya yang khas sungguh sayang jika dilewatkan. 

Para pengunjung bisa mencicipi dan bahkan bisa langsung praktik cara pembuatan kopi mulai dari menyangrai, menumbuk biji  kopi, menyaring, sampai proses penyajian kopi. Diolah menjadi minuman kopi jenis apapun, seperti espresso, robusta, arabika, semua terasa lezat dan nikmat.

dokpri
dokpri
Soal makanan, jangan ditanya lagi. Banyak aneka  makanan khas nan lezat terhidang di hadapan kami. Sebut saja nasi tempong, pecel pitik, ayam kobong, uyah asem, pecel semanggi, bening kelor, pelasan pepes tongkol, dan lain-lain. Makanan yang menggoda selera ini tak kalah lezat dengan makanan tradisional di tempat lain.

dokpri
dokpri
Edi pun menyampaikan, "Inilah wisata yang sebenarnya, yang bisa membuat semua orang tersenyum. Tidak hanya kami tapi semua masyarakat, pemasok kopi, ikan, sayuran, dan lain-lain semua tersenyum merasakan indahnya hidup di Desa Kemiren."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun