Di tengah derasnya arus teknologi, para orang tua Muslim kini dihadapkan pada tantangan baru: bagaimana mendidik anak agar tetap berakhlak, beriman, dan berilmu di era digital yang penuh distraksi.Â
Gawai bukan lagi barang mewah, tetapi sudah menjadi bagian dari keseharian anak-anak sejak usia dini. Lantas, bagaimana menerapkan nilai-nilai Islam dalam pola asuh yang sesuai zaman, tanpa kehilangan esensi fitrah dan adab?
Zaman yang Berubah, Tantangan yang Berbeda
Dalam beberapa dekade terakhir, dunia parenting telah mengalami pergeseran drastis. Jika dulu anak-anak tumbuh dengan bermain di halaman rumah dan mendengar dongeng dari orang tua, kini dunia mereka dibingkai layar; telepon genggam, tablet, dan televisi.Â
Dampaknya, banyak anak-anak kehilangan interaksi sosial dan spiritual yang hangat, termasuk momen-momen spiritual bersama orang tua.
Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin memberikan pedoman lengkap dalam mendidik anak, termasuk di era modern. Sayangnya, tak sedikit orang tua yang merasa kewalahan menghadapi anak yang sudah sangat terikat dengan gadget, dan akhirnya memilih diam atau menyerah.
Antara Cahaya Ilmu dan Bayang-Bayang Kecanduan
Tak bisa dipungkiri, teknologi juga membawa banyak manfaat: anak bisa mengakses video hafalan Al-Qur’an, belajar shalat, bahkan menonton kisah para nabi dalam bentuk animasi.Â
Namun, di sisi lain, gawai juga membuka pintu lebar-lebar pada konten yang tidak sesuai usia, menurunkan empati sosial, dan menyebabkan kecanduan digital.
Data dari sejumlah survei menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia menghabiskan rata-rata 4–6 jam sehari menatap layar, jauh melampaui batas ideal yang direkomendasikan.Â