Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dilema Abadi Ibu Bekerja: Saat Cinta, Karier dan Kewajiban Bertubrukan

15 Juni 2025   21:00 Diperbarui: 15 Juni 2025   17:58 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu bekerja (Sumber: freepik/primagefactory)

Di balik senyum seorang ibu bekerja, tersimpan dilema yang tak pernah benar-benar selesai. 

Di satu sisi, ada karier yang menjadi ruang aktualisasi diri sekaligus sumber penghidupan keluarga. Di sisi lain, ada tanggung jawab sebagai ibu dan istri yang menuntut perhatian, waktu, dan cinta yang tak bisa dibagi begitu saja. 

Ketika cinta, karier, dan kewajiban bertubrukan, ibu sering kali menjadi penenang badai yang diam-diam menyimpan lelahnya sendiri.

Fenomena Ibu Bekerja di Era Modern

Dalam dua dekade terakhir, jumlah perempuan yang memasuki dunia kerja terus meningkat. Data dari BPS menunjukkan bahwa partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia mencapai lebih dari 50% pada 2024. 

Hal ini menunjukkan pergeseran paradigma sosial: perempuan tak lagi hanya dilihat sebagai penjaga rumah, tetapi juga tulang punggung ekonomi keluarga. Namun, perubahan peran ini tidak serta-merta menggeser ekspektasi tradisional yang menempel pada mereka sebagai "ibu rumah tangga."

Ibu bekerja hari ini hidup dalam dua dunia; dunia kerja yang penuh target dan profesionalisme, serta dunia rumah yang menuntut kehangatan dan kehadiran tanpa syarat.

Tiga Poros Dilema: Karier, Anak, dan Pasangan

Perjuangan itu nyata. Di tempat kerja, ibu dituntut hadir dengan performa maksimal, tanpa alasan. 

Pulang ke rumah, peran sebagai pengasuh, pendamping, dan pengurus rumah tangga kembali dipanggil. Belum lagi, jika suami masih memegang pola pikir tradisional, di mana pekerjaan domestik sepenuhnya menjadi urusan istri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun