Di balik senyum seorang ibu bekerja, tersimpan dilema yang tak pernah benar-benar selesai.Â
Di satu sisi, ada karier yang menjadi ruang aktualisasi diri sekaligus sumber penghidupan keluarga. Di sisi lain, ada tanggung jawab sebagai ibu dan istri yang menuntut perhatian, waktu, dan cinta yang tak bisa dibagi begitu saja.Â
Ketika cinta, karier, dan kewajiban bertubrukan, ibu sering kali menjadi penenang badai yang diam-diam menyimpan lelahnya sendiri.
Fenomena Ibu Bekerja di Era Modern
Dalam dua dekade terakhir, jumlah perempuan yang memasuki dunia kerja terus meningkat. Data dari BPS menunjukkan bahwa partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia mencapai lebih dari 50% pada 2024.Â
Hal ini menunjukkan pergeseran paradigma sosial: perempuan tak lagi hanya dilihat sebagai penjaga rumah, tetapi juga tulang punggung ekonomi keluarga. Namun, perubahan peran ini tidak serta-merta menggeser ekspektasi tradisional yang menempel pada mereka sebagai "ibu rumah tangga."
Ibu bekerja hari ini hidup dalam dua dunia; dunia kerja yang penuh target dan profesionalisme, serta dunia rumah yang menuntut kehangatan dan kehadiran tanpa syarat.
Tiga Poros Dilema: Karier, Anak, dan Pasangan
Perjuangan itu nyata. Di tempat kerja, ibu dituntut hadir dengan performa maksimal, tanpa alasan.Â
Pulang ke rumah, peran sebagai pengasuh, pendamping, dan pengurus rumah tangga kembali dipanggil. Belum lagi, jika suami masih memegang pola pikir tradisional, di mana pekerjaan domestik sepenuhnya menjadi urusan istri.