Gramedia siang itu tampak sunyi. Rak-rak buku berjajar rapi, tetapi nyaris tak tersentuh. Hanya beberapa pengunjung berlalu-lalang, sesekali melirik, lalu pergi.
Saya datang membawa semangat; hendak menukar voucher apresiasi dari ajang Ramadan Bercerita 2025, sebuah pengalaman yang membahagiakan bagi siapa pun yang mencintai dunia kata.
Namun suasana yang saya temui jauh dari riuh yang dulu akrab. Di sisi lain gedung, counter game dan lorong supermarket justru lebih ramai.
Pemandangan ini menimbulkan tanya: apakah toko buku memang tak lagi menarik, ataukah minat baca kita yang mulai surut?
Toko Buku Kini Tak Lagi Seramai Dulu
Fenomena toko buku yang sepi bukan hanya saya temui kali ini. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pengunjung setia toko buku mengeluhkan suasana yang tidak lagi seramai masa keemasannya.Â
Beberapa toko bahkan tutup permanen, tak kuat menghadapi perubahan zaman dan pola konsumsi masyarakat yang bergeser ke dunia digital.
Menurut data Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), penjualan buku fisik menurun sekitar 20–30% dalam lima tahun terakhir.Â
Pandemi mempercepat tren ini: pembaca mulai beralih ke e-book, audiobook, dan konten singkat yang tersebar di media sosial. Kenyamanan membeli buku secara daring pun turut mempercepat perubahan kebiasaan.
Benarkah Minat Baca Menurun?