Seringkali kita berpikir bahwa sebagai guru, orang tua, atau orang dewasa, kita-lah yang membimbing, membentuk, dan mengajari anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Namun, di titik yang lain, banyak dari kita yang juga menyadari bahwa justru merekalah yang mengajari kita.Â
Dalam keteguhan mereka yang tenang, kejujuran yang tulus, dan penerimaan tanpa syarat, anak-anak ini menunjukkan sesuatu yang esensial dan sering terlupakan dunia: apa arti sesungguhnya menjadi manusia.
Hidup mereka mungkin penuh dengan tantangan unik, tetapi pelajaran yang mereka berikan bersifat universal dan sangat berharga.
Guru Tak Terduga
Di ruang kelas, sesi terapi, dan ruang keluarga, narasi yang sering terdengar adalah tentang bagaimana membantu anak-anak dengan disabilitas mengejar ketertinggalan, menyesuaikan diri, atau bertahan.Â
Jarang sekali kita bicara tentang bagaimana mereka mengubah orang-orang di sekitar mereka. Namun kenyataannya perlahan terungkap: anak-anak ini tidak hanya belajar dari kita, tapi mereka mengubah hati kita.
Seorang guru mungkin masuk ke kelas anak berkebutuhan khusus dengan tujuan mengajar, namun ia pulang dengan pemahaman yang lebih dalam tentang empati.Â
Seorang orang tua mungkin khawatir tentang masa depan anaknya, tetapi menemukan bahwa anak itu sudah mengajarkan arti cinta sejati; cinta yang teguh, penuh pengorbanan, dan tanpa topeng.
Pelajaran Pertama: Penerimaan Tanpa Syarat
Berbeda dengan banyak orang dewasa yang membangun hubungan berdasarkan kesamaan atau kenyamanan sosial, anak-anak berkebutuhan khusus sering menjalin hubungan tanpa menghakimi.Â