Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Bahagia Ala Stoikisme: Solusi Kekhawatiran dan Overthinking Masa Kini

28 April 2025   10:00 Diperbarui: 28 April 2025   08:55 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bahagia ala Stoikisme (Sumber: freepik)

Di tengah derasnya tuntutan hidup, ekspektasi sosial, dan banjir informasi tanpa henti, banyak dari kita terjebak dalam pusaran overthinking dan kecemasan.

Validasi di media sosial, tekanan karier, hingga ketidakpastian masa depan membuat hidup terasa berat dan penuh ketakutan. Tanpa disadari, kita mencari kebahagiaan di luar diri, mengejar pujian dan pencapaian yang tak pernah benar-benar memuaskan.

Namun, lebih dari dua ribu tahun lalu, sekelompok filsuf dari Yunani kuno telah menawarkan jalan keluar sederhana namun mendalam: Stoikisme. Sebuah filosofi hidup yang mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan tentang mengendalikan dunia luar, melainkan menguasai diri sendiri. 

Hari ini, di tengah kerumitan modern, ajaran ini terasa lebih relevan daripada sebelumnya; menjadi oase ketenangan dalam hiruk-pikuk zaman.

Menggali Stoikisme: Filsafat yang Menyederhanakan Hidup

Stoikisme lahir di Yunani sekitar abad ke-3 SM melalui Zeno dari Citium, lalu berkembang pesat lewat tokoh-tokoh seperti Epictetus, Seneca, hingga kaisar Romawi Marcus Aurelius. 

Inti ajarannya sederhana: kendalikan apa yang bisa kamu kendalikan, dan terimalah dengan lapang dada apa yang tidak bisa.

Stoikisme mengajarkan bahwa emosi negatif bukan berasal dari peristiwa itu sendiri, melainkan dari penilaian kita terhadapnya. Dengan memfokuskan energi pada respons, bukan pada hal-hal di luar kendali, kita bisa menemukan ketenangan sejati.

Dalam dunia modern, prinsip ini menjadi jawaban atas kegelisahan kolektif yang sering kita alami.

Dunia yang Bising, Jiwa yang Gelisah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun