Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sebenarnya, Apa yang Paling Berharga Dalam Hidup?

21 April 2025   15:00 Diperbarui: 21 April 2025   11:24 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Waktu (Sumber: freepik)

Dalam kesibukan sehari-hari, kita sering terjebak dalam rutinitas yang membuat kita lupa akan satu hal yang tak tergantikan: waktu. 

Ia tak terlihat, tak terdengar, namun terus berjalan tanpa henti. Berbeda dengan uang atau harta benda yang bisa dicari kembali, waktu yang berlalu tak akan pernah kembali. 

Pertanyaannya, sudahkah kita memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya? Atau justru kita sedang berjalan menuju penyesalan?

Waktu: Harta Tak Tergantikan

Di dunia yang semakin cepat bergerak ini, kita sering memprioritaskan hal-hal yang terlihat, seperti uang, jabatan, atau materi. 

Padahal, sesungguhnya waktu adalah aset paling mahal yang kita miliki. Ketika kehilangan uang, kita masih bisa mencarinya kembali. Namun, detik yang berlalu tidak akan pernah bisa dibeli kembali; walau dengan seluruh kekayaan dunia.

Banyak tokoh besar dunia menekankan pentingnya waktu. Steve Jobs, misalnya, menyadari di akhir hidupnya bahwa waktu adalah kekayaan sejati. 

Ia berkata, "Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain."

Pernyataan ini tidak hanya menyentil soal identitas diri, tapi juga menegaskan bagaimana banyak orang terlalu sering menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak membangun; seperti mengikuti standar hidup orang lain, merasa iri terhadap pencapaian orang lain, atau bahkan sibuk mencampuri urusan orang lain.

Lebih dari itu, kita hidup di era digital yang penuh distraksi, di mana waktu sering kali terbuang percuma untuk aktivitas negatif: ghibah, menghujat, dan menjelekkan orang lain baik di dunia nyata maupun di dunia maya. 

Media sosial seolah menjadi ladang untuk menilai, mencela, bahkan merendahkan orang lain yang sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan hidup kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun