In this economy...
...harusnya orang-orang berpikir dua kali sebelum menginvestasikan waktu, tenaga, dan perasaan ke hubungan tanpa arah. Tapi ya namanya cinta, kadang logika disuruh minggir dulu.
Beberapa waktu lalu, mantan siswi saya curhat panjang lebar lewat DM Instagram. Dia anak yang dulu dikenal ceria, pintar, dan punya semangat besar buat masa depan. Tapi kali ini dia terdengar lelah. Katanya,
"Bu, aku capek. Dia bilang sayang, bilang aku rumah, tapi gak pernah ngajak aku nentuin arah. Aku harus sabar sampai kapan, Bu? Aku jatuh cinta apa jatuh miskom?"
Saya terdiam. Kalimatnya nyentil banget. Bukan cuma karena saya gurunya, tapi karena... saya tahu, itu bukan hanya kisah dia saja. Itu kisah yang juga dialami banyak pasangan yang terlalu lama ‘menunggu’ dalam hubungan tanpa kepastian.
Realita yang Banyak Terjadi: Bertahun-Tahun Tapi Masih Status “Pacar”
Kita semua tahu pasangan yang kayak gini. Bahkan, bisa jadi kita sendiri pernah (atau sedang) ada di hubungan itu.
Sudah jalan bertahun-tahun, sudah kenal keluarga masing-masing, sudah saling mengisi hidup... tapi kalau ditanya “hubungan kalian mau dibawa ke mana?”, jawabannya kabur.
“Lagi fokus karier dulu.”
“Aku trauma pernikahan, nanti ya.”
“Kita nikmati dulu aja, jangan diburu-buru.”
Sementara itu, satu pihak mulai menabung buat biaya nikah. Nolak tawaran kerja jauh karena gak mau LDR.
Beli hadiah ulang tahun, traktir makan, jadi supir pribadi, bahkan kadang bantuin cicilan pasangannya. Semuanya dilakukan dengan satu harapan: suatu hari akan sah jadi pasangan seumur hidup.