Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perpres 19/2025: Tunjangan Kelas Sultan, Akankah Pendidikan Tinggi Terbang Jauh?

12 April 2025   19:05 Diperbarui: 13 April 2025   05:30 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar Salinan Perpres Nomor 19 Tahun 2025 (Sumber: dok. pribadi)

Belum lama ini, perhatian publik tertuju pada terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 Tahun 2025 yang menetapkan besaran tunjangan kinerja pegawai di lingkungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. 

Di tengah suasana penuh harap menuju Indonesia Emas 2045, keputusan ini ibarat petir di siang bolong, mendadak, mengejutkan, sekaligus memancing ragam tanggapan.

Bagaimana tidak? Pegawai dengan jabatan tertinggi bisa menerima tunjangan kinerja hingga Rp147 juta per bulan. Sementara menteri yang memimpin kementerian tersebut mendapatkan 150% dari itu, atau sekitar Rp220 juta per bulan. Tak heran jika warganet menyebutnya sebagai "tunjangan kelas sultan."

Namun di balik gemerlap angka tersebut, muncul satu pertanyaan besar:
Akankah tunjangan super ini menjadi pemicu lompatan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia? Ataukah justru menjadi sekadar simbol kemewahan birokrasi tanpa dampak berarti?

Antara Harapan dan Kekhawatiran

Masyarakat tentu ingin melihat perubahan nyata dari kebijakan ini. Jika para pejabat dan pegawai di sektor pendidikan tinggi menerima tunjangan tinggi, maka publik berharap ada lonjakan kinerja, kemajuan riset, dan tata kelola kampus yang lebih progresif.

Namun, tak sedikit pula yang skeptis. Sebab, kita sering menyaksikan bahwa kesejahteraan tak selalu seiring dengan integritas dan profesionalisme. 

Gaji besar tidak otomatis membuat seseorang lebih berdedikasi, kecuali disertai dengan sistem evaluasi dan pengawasan yang ketat, transparan, dan berkelanjutan.

Pendidikan Tinggi: Pilar Masa Depan Bangsa

Pendidikan tinggi seharusnya menjadi motor utama perubahan sosial dan ekonomi. Di dalamnya, lahir para ilmuwan, pemikir kritis, dan inovator. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun