Setiap 9 April, Indonesia memperingati Hari TNI Angkatan Udara (TNI AU). Satu tonggak penting dalam sejarah militer yang menyimpan jejak heroik, perjuangan, dan transformasi luar biasa.Â
Dari pesawat Dakota VT-CLA yang ditembak jatuh di era revolusi, kini TNI AU menjelma sebagai kekuatan udara yang modern dan tangguh menjaga kedaulatan langit Nusantara.
Jejak Sejarah: Serangan dan Pengorbanan di Langit Yogya
Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota VT-CLA yang membawa bantuan Palang Merah dari India ke Yogyakarta ditembak jatuh oleh Belanda.Â
Tragedi ini menewaskan tiga tokoh penting: Komodor Muda Udara Agustinus Adisutjipto, Abdul Rahman Saleh, dan Halim Perdanakusuma, pahlawan udara yang kini namanya diabadikan sebagai nama pangkalan militer.
Kejadian itu menjadi tonggak semangat TNI AU dalam membangun kekuatan udara yang tak sekadar defensif, tetapi juga strategis dalam menjaga keutuhan negara.
Dari Dakota ke Sukhoi: Evolusi Kekuatan Udara
Awalnya hanya memiliki pesawat-pesawat sumbangan dan rampasan, kini TNI AU dilengkapi jet tempur modern seperti Sukhoi Su-27/30, F-16 Fighting Falcon, serta pesawat latih T-50i Golden Eagle.Â
Tak hanya memperkuat pertahanan, keberadaan pesawat-pesawat ini juga menunjukkan kemajuan teknologi dan diplomasi pertahanan Indonesia di kancah global.
Selain itu, Indonesia juga tengah menjajaki kerja sama untuk pengadaan jet tempur Rafale dan pengembangan pesawat generasi 4.5, KF-21 Boramae, bersama Korea Selatan.
Misi Damai dan Kemanusiaan di Langit Nusantara