Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menikah Itu Ibadah, Tapi Kenapa Banyak yang Lelah?

8 April 2025   22:00 Diperbarui: 8 April 2025   20:35 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unhappy Couple (Sumber: freepik/rawpixel.com)

Di balik senyum yang dibagikan di media sosial dan caption manis berisi ucapan syukur, ada banyak pasangan yang diam-diam menahan letih. Bukan karena kurang cinta, tapi karena lelah yang tak tahu harus diceritakan pada siapa. 

Pernikahan yang digadang-gadang sebagai “ibadah seumur hidup” ternyata tak selalu berjalan dalam nuansa surgawi. Lalu, pertanyaannya: kenapa banyak pasangan malah merasa lelah?

Antara Harapan dan Realita

Sejak kecil, banyak dari kita dibesarkan dengan bayangan bahwa menikah akan menyempurnakan hidup. Tapi ketika fase “bulan madu” usai, realitas muncul: tanggung jawab, peran ganda, finansial, perbedaan karakter, hingga ekspektasi sosial yang terus menekan.

Sebuah studi dari American Psychological Association menunjukkan bahwa sekitar 40-50% pasangan menikah di dunia mengalami penurunan kepuasan pernikahan setelah tahun ke-2 atau ke-3. 

Hal ini disebut dengan istilah “marital drift”, ketika keintiman perlahan memudar karena rutinitas, tekanan hidup, dan kurangnya komunikasi emosional.

Lelah yang Tak Terucap: Bukan Salah Pasangan

Lelah dalam pernikahan sering kali bukan karena pasangannya jahat, melainkan karena tidak adanya ruang untuk menjadi diri sendiri di dalam ikatan itu. Banyak istri yang merasa harus menjadi superwoman yang mengurus anak, rumah, pekerjaan, dan masih dituntut tetap cantik dan sabar. 

Di sisi lain, banyak suami merasa terbebani sebagai “tulang punggung” dan harus selalu kuat, bahkan saat dirinya rapuh.

Psikolog keluarga, Dra. Ratih Ibrahim, M.M., pernah mengatakan bahwa “Pernikahan bukan tentang mencari siapa yang benar, tapi bagaimana dua orang bisa tetap bertumbuh dalam perbedaan.” Bertumbuh, dalam konteks ini, berarti saling memahami, bukan saling menuntut.

Upgrade Love Language dan Emotional Bank Account-mu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun