Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Tradisi Unik Lebaran di Kampung Rancakukun: Salaman Massal di Sepanjang Jalan, Silaturahmi Tanpa Batas

1 April 2025   14:00 Diperbarui: 1 April 2025   13:56 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Silaturahmi massal di Kampung Rancakukun, Tasikmalaya (Sumber: Dok. Pribadi)

Lebaran di berbagai daerah selalu memiliki ciri khas masing-masing. Namun, di Kampung Rancakukun, sebuah tradisi unik terus dijaga turun-temurun: seluruh warga melakukan "salaman massal" sepanjang jalan kampung setelah selesai shalat Idulfitri. 

Tradisi ini menjadi simbol eratnya persaudaraan dan semangat kebersamaan yang tak lekang oleh waktu.

Jabat Erat, Silaturahmi Tanpa Batas

Usai menunaikan shalat Idulfitri di masjid dan mushala setempat, warga tidak langsung pulang ke rumah. 

Sebaliknya, mereka berbaris di sepanjang jalan utama kampung dan mulai berjabat tangan satu per satu. Dari anak-anak hingga lansia, semua saling memaafkan dengan penuh kehangatan.

"Setiap Lebaran, kami tidak hanya sekadar bersilaturahmi di rumah-rumah, tetapi juga memastikan setiap warga bertemu dan bersalaman di sepanjang jalan kampung. Ini sudah menjadi bagian dari identitas kami," ujar salah satu sesepuh kampung.

Tradisi ini dipercaya telah berlangsung selama puluhan tahun. Tidak ada yang tahu pasti kapan dimulainya, tetapi para tetua kampung meyakini bahwa ini adalah warisan dari leluhur yang ingin menanamkan nilai persaudaraan yang kuat.

Dari Ujung ke Ujung: Menyatukan Warga dalam Harmoni

Proses bersalaman ini bisa berlangsung cukup lama, tergantung pada jumlah warga yang hadir. Biasanya, dalam waktu sekitar satu hingga dua jam, semua warga telah saling bersalaman. 

Tidak hanya penduduk asli, para perantau yang pulang kampung pun turut larut dalam kehangatan tradisi ini.

"Setiap tahun saya mudik ke Rancakukun, dan momen ini selalu menjadi yang paling saya tunggu. Ada kebersamaan yang luar biasa, tidak ada batasan antara orang tua, anak muda, kaya atau miskin, semua berbaur," kata Heri salah satu perantau yang pulang dari Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun