Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menanti Lailatul Qadar di Tengah Hiruk-pikuk Dunia: Mampukah Kita Berhenti Sejenak?

19 Maret 2025   05:00 Diperbarui: 18 Maret 2025   12:42 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Malam Lailatul Qadar (Sumber: freepik.com)

Ketika Dunia Terlalu Bising

Di tengah deru kehidupan yang semakin cepat, Ramadan seharusnya menjadi momen refleksi. 

Namun, bagi banyak dari kita, bulan suci ini justru berlalu dalam kesibukan: pekerjaan yang tak kunjung usai, media sosial yang terus menggoda, hingga notifikasi tanpa henti yang membuat hati sulit menemukan ketenangan.

Lalu, bagaimana dengan malam yang lebih baik dari seribu bulan? Apakah kita benar-benar menantikannya, atau justru membiarkannya lewat begitu saja tanpa makna?

Lailatul Qadar: Malam yang Lebih Baik dari Seribu Bulan

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr: 1-5)

Malam Lailatul Qadar adalah kesempatan emas yang datang setahun sekali. Malam di mana segala doa diangkat ke langit, segala permohonan dikabulkan, dan segala dosa bisa diampuni. Namun, pertanyaannya, mampukah kita benar-benar memanfaatkannya?

Lailatul Qadar dirahasiakan waktunya agar umat Islam bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Namun, Rasulullah SAW memberi petunjuk dalam sabdanya:

"Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadan." (HR. Bukhari & Muslim)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun