Kenaikan Harga Sembako: Realitas Menjelang Lebaran
Setiap tahun, pertengahan Ramadan menuju Lebaran menjadi momen yang dinantikan masyarakat. Namun, di balik kemeriahan persiapan Idul Fitri, ada satu hal yang selalu menjadi keluhan utama: harga sembako yang meroket.Â
Di pasar-pasar tradisional maupun modern di Tasikmalaya contohnya, para pedagang dan pembeli sama-sama merasakan dampaknya. Lonjakan harga terjadi di berbagai komoditas utama, membuat banyak orang harus berpikir ulang dalam mengatur pengeluaran mereka.
Kondisi ini bukan sekadar cerita tahunan, tetapi fenomena yang semakin terasa berat. Berdasarkan pantauan di Pasar Cikurubuk, Tasikmalaya, harga sejumlah bahan pokok terus merangkak naik. Berikut adalah beberapa harga terbaru yang membuat banyak warga mengelus dada:
- Beras: Rp14.000/kg
- Gula pasir: Rp18.000/kg
- Daging ayam: Rp35.000 - Rp40.000/kg
- Cabai merah: Rp50.000 - Rp55.000/kg
- Cabai merah keriting: Rp45.000/kg
Dengan harga yang terus naik, bagaimana masyarakat bisa bertahan? Sebelum mencari solusi, kita perlu memahami penyebab utama kenaikan ini.
Penyebab Kenaikan Harga Sembako
Kenaikan harga sembako bukanlah hal yang terjadi begitu saja. Ada berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari sisi permintaan maupun pasokan. Memahami akar masalah ini penting agar masyarakat dapat lebih bijak dalam menghadapi situasi ini.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan lonjakan harga sembako adalah:
Peningkatan Permintaan Menjelang Ramadan dan Lebaran
Tradisi berbuka puasa bersama, persiapan Lebaran, dan kebutuhan bahan makanan untuk keluarga yang lebih besar membuat permintaan terhadap sembako melonjak drastis. Ketika permintaan meningkat, harga pun ikut terdorong naik.Cuaca Ekstrem dan Gagal Panen
El Nio yang melanda beberapa wilayah menyebabkan produksi beras menurun akibat gagal panen. Hal ini berdampak langsung pada kenaikan harga gabah dan beras di pasaran.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!