Dee Agak Lain, Tapi Dia Teristimewa
Aku masih bisa merasakan hangatnya pelukan itu. Masih bisa membayangkan senyumannya yang tulus, tatapan polosnya yang sering kali menyelidik sebelum ia merasa cukup nyaman untuk mendekat.Â
"Dee bukan anak biasa. Ia istimewa."
Sebagai seorang guru pendidikan khusus selama puluhan tahun, aku terbiasa melihat anak-anak dengan perkembangan yang berbeda dari kebanyakan.Â
Ada sesuatu yang unik dalam diri Dee. Sejak awal, aku merasakan bahwa tumbuh kembangnya tidak seperti anak-anak lainnya.
Dee adalah anak pertama dalam keluarganya. Wajahnya tampan, kulitnya bersih, dan kelahirannya sangat dinantikan. Betapa bahagianya ayah dan ibunya ketika akhirnya Dee hadir di dunia.Â
Namun, seiring waktu berjalan, ada sesuatu yang membuat mereka bertanya-tanya. Di usia dua tahun, Dee belum berbicara. Ia lebih sering tenggelam dalam dunianya sendiri, sibuk dengan mainannya tanpa banyak merespons hal-hal di sekitarnya.
Sebagai seorang guru, aku ingin menyampaikan kekhawatiranku, tapi aku tahu ada hal-hal yang tidak bisa disampaikan begitu saja.Â
Aku hanya bisa berpesan kepada orang tuanya untuk memberikan stimulasi sejak dini---melatih komunikasinya, membantunya berinteraksi, dan mengasah motoriknya.
Kekhawatiran itu semakin nyata. Orang tuanya mulai merasa ada yang berbeda, dan aku menguatkan mereka untuk segera memeriksakan Dee ke dokter tumbuh kembang.Â