Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pandemi Menjinakkan Kita

21 Juli 2021   14:23 Diperbarui: 21 Juli 2021   14:29 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana rumah sakit- pikiran rakyat

Di beberapa kota pelaksanaan takbir menjelang hari raya Idul Adha memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena adanya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang menyentul level 3-4. 

Pada PPKM itu, memang bertujuan untuk membatasi mobilitas masyarakat yang akan bepergian. Ini sebagai upaya untuk melokalisir penyakit Covid-19 yang meledak dalam sebulan ini. Seperti diketahui, Indonesia adalah salah satu negara yang terpapar Covid-19 varian delta yang jauh sangat menular dibanding versi sebelumnya.

Kepala negara manapun akan miris melihat angka kematian masyaakat karena penyekit ini mencapai 1000 orang perhari. Masyarakat juga dilanda ketakutan yang amat sangat pada penyakit ini. Beban ekonomi dan psikologis mencapai puncaknya pada masa-masa sekarang ini. Seseorang bisa kehilangan satu , dua bahkan seluruh anggota keluarganya karena penyakit ini dalam waktu sangat singkat ; satu atau dua hari.

Selain beban psikologis, masyakat juga dibebani dengan masalah ekonomi. Persoalan ini bukan hanya milik Indonesia saja namun masyarakat di banyak negara. Masyarakat indonesia  yang sebagian besar hidup dari sektor informal, kelimpungan karena kondisi ini. Daya beli masyarakat menurun, sedangkan kebutuhan keluarga harus tetap berjalan. Antara rasa frustasi, pasrah, marah dan putus asa adalah gambaran tepat bagi psikologis warga Indonesia saat ini.

Karena itu takbir saat Idul Adha kemarin malam memang tidak ramai. Beberapa kota bahkan seakan kota mati karena pemda setempat mematikan lampu jalanan dan mereka melarang takbir di jalan. Mereka mengharapkan masyarakat melakukan takbir secara online.

Pandemi memang menjinakkan TOA masjid dan arak-arakan orang; mobil maupun motor. Tidak ada obor keliling yang kadang dilakukan masyarakat di beberapa kota. 

Takbir yang berkumandang kita ucapkan lirih dalam hati kita serasa menyerahkan segala keadaan pada Allah. Yakin bahwa takbir dalam hati lebih menggetarkanNYA.

Makna keihlasan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan Ismail sesuai dengan perintah Allah sangat relevan untuk saat ini. Tidak ada pengorbanan yang paling terpuji bagiNya selain mengorbankan ego diri. 

Ismail yang diganti dengan hewan-hewan yang disediakan sama halnya dengan menahan keinginan kita untuk pergi keluar untuk ke mal, bertemu dengan para sahabat dll. "menyembelih' ego kita dengan menaati ketentuan pemerintah yang sudah ada, percaya sains dan tidak termakan hoax yang berseliweran di medsos dengan narasi yang ngawur.

Mungkin kita harus mengucapkan puji syukur karena sudah dididik dan diingatkan (dengan keras) olehNYA soal ego dan pengorbanan diri serta pentingnya berserah kepadanya.

Semoga Allah memampukan dan melayakkan kita untuk melampaui ini semua dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun