Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Toleransi dan Cinta Damai Penangkal Bibit Radikalisme

2 November 2019   23:46 Diperbarui: 3 November 2019   00:07 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemuda dan Perdamaian - jalandamai.org

Indonesia akan mendapatkan bonus demografis. Jumlah masyarakat produktifnya lebih banyak. Ini artinya, jumlah generasi mudanya jau lebih banyak dibandingkan generasi tuanya. Lalu, apa untungnya punya anak muda yang berlimpah? Tentu akan mempunyai banyak keuntungan jika generasi mudanya merupakan generasi yang cerdas, toleran dan cinta damai. Namun akan menjadi bencna, jika generasinya merupakan generasi penyebar pesan kebencian dan provokasi.

Tak dipungkiri, mayoritas penyebar ujaran kebencian di dunia maya, masih didominasi oleh anak-anak muda. Korban provokasi propaganda radikalisme, juga banyak didominasi anak muda. Para pelaku tindak pidana terorisme, umumnya juga didominasi anak muda. Lantas, apa kabar pemuda Indonesia? Ingat, karena peran pemuda, Indonesia bisa bersatu, berorganisasi dan merdeka dari penjajahan. Karena pemuda, orde baru tumbang setelah berhasil menguasai selama 32 tahun. Beberapa tahun kebelakang, karena oknum pemuda, membuat sebagian pemuda lebih memilih konsep khalifah ISIS dan meninggalkan Pancasila.

Mungkin kita masih ingat tentang ratusan mahasiswa melakukan deklarasi menyatakan dukungan pada khilafah, di salah satu kampus besar. Dan dunia pendidikan, nyatanya juga sering dimanfaatkan oleh kelompok radikal, untuk menyebarkan paham-paham radikalisme. Hal semacam inilah yang perlu dicarikan solusi. Jangan dibiarkan generasi penerus negeri ini, terus terpapar radikalisme. Jangan terus dibiarkan anak muda, terus dihadapkan pada ujaran kebencian. Kenapa? Karena Indonesia sangat kaya sekali dengan nilai kearifan lokal.

Alangkah sangat disayangkan, jika Indonesia yang awalnya dikenal dengan keramahannya, berubah menjadi penuh amarah. Alangkah sangat disayangkan jika kerukunan dan dan keragaman yang menjadi karakter negeri ini, terganggu karena diantara kita justru sibuk mencari kejelekan orang lain. Sungguh sangat disayangkan jika interaksi dan silaturahmi yang terjaga selama ini, berubah menjadi saling caci dan memaki.

Mari kita introspeksi. Sudahkah kita menjadi Indonesia? Jika kita masih menebar kebencian antar sesama, sejatinya kita masih belum menjadi Indonesia. Jika kita masih merasa ekslusive dan melihat orang lain sebagai pihak yang salah, sejatinya kita belum menjadi seorang muslim yang baik. Karena dalam Al Quran dianjurkan untuk saling mengenal satu dengan yang lain, saling menghormati dan tolong menolong antar sesama.

Karena itulah, mari memahami agama dengan benar. Mari memahami budaya dengan benar. Perpaduan antara keduanya, akan melahirkan Indonesia yang damai dan bebas dari segala bentuk kebencian dan bibit radikal. Dan sebagai anak muda, kita tidak boleh tinggal diam. Tidak boleh menjadi generasi yang pasif. Negeri ini sangat membutuhkan generasi yang aktif, yang bisa memberikan inspirasi positif, yang bisa menyatukan semua keragaman dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun