Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tumpas Terorisme Tidak Dapat Secara Instan

26 November 2015   13:17 Diperbarui: 26 November 2015   13:21 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ekstrimisme yang dilakukan oleh terorisme merupakan sebuah proses dialektika yang membutuhkan waktu panjang untuk diterima keseluruhan sebagai propaganda. Oleh sebab itu, upaya penumpasannya pun tidak dapat dilakukan secara instan. Apalagi dalam hal deradikalisasi yang bertujuan untuk mengembalikan aktor dan simpatisan terorisme kembali ke jalan yang benar, perlu dilakukan pendekatan yang bertahap dan berkesinambungan mengenai penanaman kembali nilai-nilai perdamaian.

Salah satu proses dalam propaganda terorisme adalah memalui pertemanan. Paham terorisme tidak disampaikan layakanya ceramah menggelora, melainkan melalui pendekatan personal yang diawali dari lingkup pembicaraan kecil, seperti ketika 'nongkrong' dengan teman yang ternyata adalah propagandis terorisme. Untuk itu, penting bagi kita untuk bersikap hati-hati dalam memilih teman. Jika disadari ada ketidak beresan dari teman, ada baiknya untuk menjaga jarak serta meneguhkan hati untuk tidak terpengaruh oleh paham kekerasan.

Doktrin terorisme membuat seseorang nekad dan berani melakukan aksi-aksi kekerasan demi alasan untuk melanggengkan tujuan yang dianggapnya suci. Bahkan doktrin terorisme tidak segan-segan mampu mendorong seseorang untuk berani melakukan bom bunuh diri hanya karena alasan janji kebahagian surgawi.

Bagi orang-orang yang terpengaruh paham terorisme, tidak mudah untuk meninggalkannya. Butuh waktu lama untuk meyakinkan kembali diri mengenai kesalahan yang dilakukan dengan bergabung bersama kelompok terorisme. Untuk itu, diperlukan dukungan dari pemerintah untuk memandu mereka keluar dari pengaruh terorisme. Sanksi tegas memang perlu diberikan, namun jangan menutup peluang untuk melakukan pendekatan lebih lunak guna bertahap menanamkan kembali doktrin kehidupan yang damai di diri para aktor dan simpatisan terorisme yang memiiki niat bertobat.

Umar Patek dan Ali Fauzi adalah dua contoh mantan terorisme yang berhasil keluar dari jerat pengaruh ektremisme dan kini giat mengkampanyekan anti terorisme kepada masyarakat. Ali Fauzi dulunya dikenal sebagai bagian dari kelompok Jamaah Islamiyah yang beroperasi di Mindanao Selatan, Filipina, dan juga beberapa kali membantu aksi terorisme di tanah air. Setelah lebih dari satu dekade menggerakkan aksi terorisme, Ali Fauzi pun akhirnya tersadar dan berkomitmen untuk bertobat hingga akhirnya kini membaur kembali dengan masyarakat dan melepaskan jauh-jauh paham terorisme.

Begitu halnya Umar Patek, meskipun saat ini masih menjalani hukuman penjara di LP Nusa Kambangan, namun ia dikabarkan telah sangat aktif menyuarakan perdamaian. Bahkan pada momen HUT Kemerdekaan RI ke-70 lalu, Patek dengan bangga menjadi bagian dari pasukan pengibar bendera merah putih. Bahkan ia sempat menitikkan air mata haru dan bersumpah untuk mencintai Indonesia sepenuh hati.

Tidak ada yang tidak mungkin, begitu halnya upaya aktor dan simpatisan terorisme untuk bertobat. Oleh karena itu, mari kita dukung upaya deradikalisasi guna menguatkan upaya penumpasan terorisme di tanah air

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun