Empat tahun lalu, tepatnya Idul Fitri 2017 atau 1438 Hijriah berlangsung istimewa, karena jatuh pada hari Minggu. Keistimewaan itu terasa menonjol di kota Solo. Ada gereja dan masjid bersebelahan yaitu Gereja Kristen Jawa (GKJ) Â Joyodiningratan Solo dan Masjid Al Hikmah di Solo. Keduanya sama-sama berada di jalan dan nomor yang sama yaitu jl Gatot Subroto nomor 222.
Ada empat misa yang seharusnya berlangsung sejak pagi. Namun misa pertama atau misa pagi ditiadakan agar tidak mengganggu kekhusyukan umat Islam dalam menjalankan salat Idul Fitri. Halaman gereja juga digunakan untuk parkir umat yang menjalankan salat.
Pada tahun itu ada beberapa halaman gereja yang dipakai untuk salat Id di beberapa kota diantaranya Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus dan Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Imanuel Malang yang berdekatan dengan Masjid Agung Jami. Pada tiap penyelenggaraan salat Ied umat muslim yang datang untuk salat Ied berjumlah ribuan orang. Sehingga tak pelak halaman dua gereja itu dipakai juga untuk salat Ied.
Hal itu juga terjadi di banyak kota, Jakarta misalnya, yaitu Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang letaknya berseberangan. Biasanya halam gereja Katedral digunakan sebagai parkir para umat muslim yang sedang melaksanakan salat Ied. Begitu juga saat Natal tiba. Banyak kendaraan umat Nasrani yang diparkir di masjid Istiqlal.
Yang sering viral adalah Masjid Jami Al-Anwar yang berada di jl Urip Sumoharjo di Jatinegara Jakarta Timur. Tak hanya pada salat Ied, namun pada beberapa hari khusus mereka tidak bisa menampung jemaahnya sehingga umat harus salat di jalan. Sekitar 2 kilomenter dari masjid itu ada GPIB Koinonia yang berada di perempatan jalan. Mungkin kita sering melihat di media sosial atau di tayangan televisi, umat muslim meluber salat mengelilingi gereja ini.
Toleransi antara umat ini di Indoensia sebenarnya tidak hanya soal fisik (halaman dipakai untuk salat atau parkir) namun juga soal budaya. Puasa dan Idul Fitri tidak hanya soal fisik saja namun juga soal budaya. Pada masa puasa, non muslim akan benar-benar menahan diri untuk tidak makan secara sembarangan saat umat Islam harus menahan diri tidak makan dan tidak minum. Pada perayaan Idul Fitri juga, non muslim akan ikut bergembira karena bisa bertemu sanak saudara atau bertemu secara online pada masa Pandemi seperti ini.
Karena itu kita harus bersyukur dengan keistimewaan negara kita ini karena kita bisa merasakan kebersamaan yang begitu indah antar agama pada bangsa kita.