Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Radikalisme Bisa Masuk dari Mana Saja, Bendung dengan Pancasila

29 September 2018   16:38 Diperbarui: 29 September 2018   16:43 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tolak Radikalisme - http://sinarharapan.net

Memasuki tahun politik dan jelang pemilihan presiden pada 2019 mendatang, ujaran kebencian kembali menguat di dunia maya. Banyak oknum masyarakat sengaja menyebarkan pesan kebencian, demi untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Dan penyebaran kebencian itu, awalnya untuk tujuan politik. 

Menjatuhkan elektabilitas pasangan calon, ataupun untuk mendapatkan simpati publik. Namun tanpa disadari, penyebaran kebencian ini bisa dimanfaatkan oleh kelompok radikal, untuk terus menyebarkan propaganda. Apa dampaknya? Bibit radikalisme akan terus menyebar, dan masyarakat yang literasi medianya rendah, akan mudah terprovokasi.

Penyebaran paham radikalisme, memang bisa menyusup melalui apa saja. Apalagi perkembangan teknologi, telah memudahkan penyebaran paham yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia ini. Di dunia nyata, buku bacaan pada level pendidikan anak usia dinia (PAUD) pernah ditemukan ada muatan radikalisme di dalamnya.

 Dalam buku tersebut tidak hanya dijelaskan tentang cara jihad yang salah, tapi juga sudah menyinggung praktek bom bunuh diri. Bagaimana mungkin seorang anak dibawah umur sudah disusupi paham radikalisme? Tapi faktanya hal itu terjadi. Bahkan, ada juga orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk pergi ke Suriah, bergabung dengan kelompok ISIS. Disana, anak-anak ini sudah diajarkan mengenai tembak menembak. Sungguh miris.

Di dalam negeri, tidak hanya anak yang menjadi target. Bagi anak-anak remaja, juga tak luput dari sasaran. Sosial media yang menjadi tempat menyenangkan bagi remaja, juga mulai dipadati dengan ujaran kebencian dan pesan radikalisme. Tidak hanya paham radikal yang disebarkan, cara-cara merakit bom pun juga disebarkan oleh jaringan radikal ini.

 Tujuannya apa? Agar remaja yang labil, bisa mudah diprovokasi untuk melakukan tindakan teror. Dan benar, banyak pelaku teror saat ini lebih didominasi anak muda. Bahkan tidak sedikit dari mereka mempunyai hubungan langsung dengan jaringan teroris. Ini artinya, propaganda di dunia maya telah berhasil memunculkan pelaku lone wolf.

Apakah generasi dewasa tidak luput dari sasaran? Tidak juga. Karena tidak sedikit para pelaku teror, berasal dari berbagai profesi. Mulai dari pegawai negeri sipil, aparat kepolisian, anggota partai, hingga masyarakat biasa, bisa menjadi pelaku teror. Pelaku teror di Surabaya jelang Ramadan waktu lalu, menjadi contoh yang lengkap. 

Ada pelaku yang berasal dari ekonomi yang mapan, ada yang penjual biasa, bahkan ada juga anak-anak. Fakta-fakta diatas menegaskan, radikalisme dan terorisme bisa mempengaruhi semua orang. Untuk itulah, upaya pencegahannya tidak bisa dilakukan dengan cara yang biasa. Perlu komitmen semua pihak juga, agar semua orang bisa bergerak bersama melakukan pencegahan penyebaran propaganda radikalisme.

Salah satu yang bisa dilakukan untuk membendung radikalisme adalah, mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai Pancasila terbukti mampu menjadi perekat keberagaman masyarakat. Pancasila juga tidak hanya mengadopsi nilai-nilai agama, tapi juga mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal. Mari terus menyebarkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap ucapan dan perilaku kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun