Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diksi "Mengawal" SBY di Rapimnas Demokrat

10 Maret 2018   18:32 Diperbarui: 10 Maret 2018   20:37 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika Allah SWT, Tuhan menakdirkan, sangat bisa Partai Demokrat berjuang bersama Bapak,ujar SBY, dalam sambutannya di acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat (PD) yang digelar di SICC Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/3/2018).

Presiden Indonesia Bpk Jokowi dan beberapa menteri penting di jajaran kabinet hadir pada Rapimnas PD tgl 10-11 Maret. Ini adalah kesekian kalinya Jokowi hadir pada acara-acara penting partai-partai yang mengundangnya.

Tentu saja ini adalah signal penting yang dipendarkan, baik oleh PD dan pemerintahan Jokowi sendiri. Meski begitu terlalu dini bagi kita untuk memberikan asumsi bahwa Jokowi bersedia menerima PD sebagai salah satu koalisinya di Pilpres dua tahun lagi itu. Karena di belakang Jokowi ada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai partai utama yang mengusungnya.

Akankah PD serius merapat ke Jokowi ? Mari kita telaah lagi sejarah SBY dan jejaknya di pemerintahan.

SBY bukan orang baru di dunia politik Indonesia. Selain ketua fraksi, pada Sidang Umum MPR 9 Maret 1998, dia adalah juru bicara Fraksi ABRI. Bahkan dia menjadi Menteri koordinator Bidang Politik Sosial dan Keamanan (Menkopolkam, 1999) setelah sebelumnya -di era Presiden Abdurahman Wahid- menjadi Menteri Pertambangan dan Energi (ESDM)

Belum genap satu tahun menjadi Menkopolkam, ia didesak mundur pada 1 Juni 2001 oleh pemberi mandat karena ketegangan politik antara Presiden Abdurrahman Wahid dan DPR. Jabatan pengganti sebagai Menteri Dalam Negeri atau Menteri Perhubungan yang ditawarkan presiden Gus Dur, tidak pernah diterimanya.

Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri melantiknya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menkopolkam) pada 10 Agustus 2001. Merasa tidak dipercaya lagi oleh presiden Megawati, jabatan Menko Polkam ditinggalkannya pada 11 Maret 2004.

Momentum pelantikan SBY sebagai Menkopolkam oleh Megawati inilah yang dicatat dan tak dilupakan oleh Megawati -mungkin seumur hidupnya-. Saat berjabat tangan Mega, SBY berbisik : Terimakasih, saya akan mengawal Ibu sampai tahun 2009.

Seperti yang pernah diceritakan oleh seorang mantan pemimpin redaksi media besar di Indonesia, Megawati kecewa berat ketika SBY diketahui mendirikan partai baru dan ingin maju pada kontestasi Pemilu 2004. Tetapi pada Mega , SBY tak mengakuinya. Tetapi Mega mengetahui seluruh sepak terjang SBY melalui Hendropriono yang saat itu menjadi kepala Badan Intelejen Nasional (BIN). Di benak Mega, ucapan mengawal ibu hanya ada di mulut SBY dan tidak dari hati. Mega sudah merasakan ketidakkonsistenan SBY.

Berbeda dengan SBY, Mega lebih menghargai Yusril Ihsa Mahendra yang saat itu menjadi Menteri Hukum dan Perundang-undangan yang mengaku akan menantang Mega pada kontestasi 2004. Yusril mengatakan terus terang akan maju di Pemilu 2004 dan saya hargai keterusterangan itu, tulis mantan pimred itu mengutip ucapan Mega soal alasan sikapnya selama ini kepada SBY.

Dan ucapan mengawal, kembali terlontar oleh SBY dihadapan belasan ribu kader partainya sendiri sekaligus dihadapan Presiden Jokowi. Akankah mengawal itu hanya ada di mulut SBY dan tidak dari hati? Apakah Jokowi akan merasakan ketidakkonsistenan SBY?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun