Mohon tunggu...
Nunik Utami
Nunik Utami Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Penulis, Blogger, Editor Buku, Trainer Penulisan https://www.nunikutami.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Ajari UMKM dengan Tangan Sendiri agar Mandiri dan Berdaya

3 Desember 2022   21:55 Diperbarui: 3 Desember 2022   22:48 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap hari saya pergi ke luar rumah, mencari produsen-produsen batik yang bagus. Saya datangi workshop mereka satu per satu. Hampir semua wilayah Yogya saya ubek-ubek lewat internet, untuk mencari produsen batik.

Di daerah Wirobrajan ada satu produsen batik yang bagus. Sebelum pandemi, pemilik batik ini memasarkan batik-batik berkualitas tinggi ke sebuah butik terkenal di Jakarta. Namun, selama pandemi penjualannya menurun. Beruntung, pemilik tempat produksi batik ini sudah mengerti cara berjualan online. Saya jadi lebih mudah memasarkan batiknya.

Sayangnya, di antara banyaknya produsen batik yang saya datangi, hanya satu dua yang sudah menerapkan jualan online.

"Saya ndak ngerti cara kirimnya, Mbak."

"Saya nggak sempat fotoin baju-bajunya e, Mbak."

Begitu kata sebagian besar dari mereka. Saya nggak putus asa. Saya ajari mereka pelan-pelan, agar bisa menjual dengan cara online. Caranya adalah:

Ajarkan langkah-langkahnya

Kebanyakan dari produsen batik itu hanya bisa memproduksi batik, tapi tidak tahu langkah berjualan secara online. Saya ajarkan mereka langkah-langkahnya. Pertama, mereka harus memotret seluruh produk. Pakai ponsel pun bisa, asalkan di tempat yang terang.

Potret produk dengan latar belakang polos. Paling sederhananya, pasang saja kain polos di dinding, sebagai background untuk foto produk. Kalau tidak punya kain polos juga, cukup pakai dinding yang polos. Kalau punya hiasan seperti makrame, pot bunga, bahkan manekin, boleh digunakan, tapi kalau tidak, cukup gantung produk di gantungan pakaian di dinding, lalu potret.

Tunjukkan cara packing

Kebanyakan dari para produsen batik, terutama yang usianya sudah matang, belum tahu cara mengemas produk. Padahal ini hal sederhana, dan sangat penting. Nanti kalau ada orang beli, ya harus dibungkus dengan rapi dan kuat. Apalagi produknya mau dikirim. Jangan sampai bungkusnya rusak, karena produk bisa rusak atau malah hilang entah di mana dan tidak sampai ke tangan pembeli.

Saya mengajarkan mereka cara packing produk, termasuk memilih plastik packaging dan kertas pembungkus serta kertas untuk menuliskan nama dan alamat pembeli.

Tunjukkan tempat mengirim produk

PR belum selesai. Setelah bisa memotret produk dan membungkusnya, mereka dihadapkan pada kesulitan mengirimnya. Masalah utamanya adalah, mereka tidak tahu harus mengirim produk lewat mana. Saya sampai survey agen-agen kurir yang ada di sekitar mereka, dan menunjukkan tempatnya. Tujuan saya adalah agar mereka bisa datang sendiri ke agen itu untuk mengirimkan produk.

Saya juga memberitahu mereka, kalau pesanan banyak, kurirnya bisa dipanggil untuk menjemput produk-produk yang mau dikirim. Jadi Ibu/Bapak produsen cukup menelepon mereka agar mengambil produk itu ke tempat produksi.

Foto: Koleksi pribadi
Foto: Koleksi pribadi

Punya media sosial

Langkah selanjutnya, saya mengajari mereka untuk punya media sosial. Saya katakan bahwa media sosial itu ibarat etalase toko. Calon pembeli bisa melihat produk-produk yang ada, lewat media sosial.

Bentuk grup WA khusus reseller

Sebenarnya para produsen itu tadinya sudah memiliki pelanggan tetap. Namun, pada saat belum pandemi, para pelanggan tetap itu terbiasa mengambil produk pesanannya dengan langsung datang ke tempat produsen. Sekarang, saya mengajarkan para produsen itu membuat grup WA khusus reseller dan pembeli, agar lebih mudah menyediakan dan mengirim produk ke para pelanggan.

Upload produk setiap hari

Saya juga mengajarkan para produsen batik itu untuk upload produk setiap hari. Dengan demikian, para reseller atau pembeli eceran, tahu bahwa produsen itu punya produk baru. Produsen pun senang karena produknya bisa terjual lebih banyak.

Mengajarkan hal ini memang tidak semudah yang dibayangkan. Saya harus menemui mereka setiap hari dan mengajarkan sampai bisa. Dalam sehari, saya mencari dan mengajari 4 -- 5 produsen. Kalau mereka sudah bisa, saya cari lagi produsen yang lain.

Kegiatan ini memang melelahkan, tapi menyenangkan. Ada sih, satu, dua atau tiga, empat produsen yang menyerah dan tidak mau bergerak ke ranah digital. Alasannya, rumit. Saya tidak bisa memaksa karena bergotong royong memajukan UMKM memang butuh waktu. Namun saya merasa puas ketika ada produsen yang tekun memelajari sampai bisa berjualan, dan mempraktikkannya.

Sekarang, saya sudah kembali berada di Jakarta. Berkat mengajarkan para produsen itu berjualan online, sampai sekarang mereka masih tetap bisa menjual produknya, meskipun sudah saya tinggal ke Jakarta.

Foto: Koleksi pribadi
Foto: Koleksi pribadi

Infomo, Iklan di Media Sosial Jadi Lebih Efektif dan Efisien

Pada acara Kompasianival 2022 hari ini, saya ikut menyimak talkshow dari Infomo. Infomo adalah platform yang mempertemukan pelaku UMKM dan konsumen, melalui iklan.

Foto: Koleksi pribadi
Foto: Koleksi pribadi

Kalau selama ini pihak pemilik UMKM mengiklankan produknya di sebuah portal website, misalnya, tentu biayanya akan membengkak. Sebab, dari UMKM harus melewati beberapa pihak terlebih dahulu untuk bisa mengiklankan produk.

Nah, di sinilah Infomo hadir. Infomo ibarat memangkas perjalanan panjang pelaku UMKM ketika akan mengiklankan produknya. Dengan demikian, produk bisa diiklankan dengan baik, dengan biaya yang lebih terjangkau, karena tidak melalui beberapa pihak terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun