Saya termasuk yang agak sensi dengan masalah ijan ijin kerja alias izin kerja ini. Tersebab jika ada wa masuk dari tim "Pak maaf badan saya lagi gak enak, ijin tidak masuk", maka respon pertama adalah ah apakah benar engkau sakit atau hanya karena males masuk kerja saja.
Fenomenanya adalah bahwa ada karyawan yang memang kadang seenaknya sendiri kalau cape lantas berlibur atas inisiatif sendiri, leyeh-leyeh di rumah.
Mengapa saya negatif thinking tersebut, sebab ada pengalaman doeloe, jaman masih belum IT minded, saya sudah mengijinkan seseorang tidak masuk di hari Kamis, ternyata hari itu dia masuk kantor.
Ketika saya tegur, lho katanya kamu sakit gak enak badan ijin tidak masuk?
Lantas dia menjawab dengan polos jujur dan sungguh rendah hati "Pak saya ijin tidak masuknya besuk saja Jumat"
Lantas saya mau tertawa kecut sambil jaga imaje supaya tidak mudah meledak marah dengan mengatainya , "Oh jadi gak enak badannya ditunda besuk jumat tho kamsud loe....".
Lantas tergelak semua karyawan di ruangan itu yang tahu maksud ungkapan saya.
APLIKASI CUTI
Kompasiana menawarkan tema yang memang up date yakni ketika badan merasa tidak enak, kadang seorang karyawan memaksa untuk tetap kerja karena telanjur memiliki tanggung jawab yang belum selesai. Lantas dikatakan, bahwa padahal ketika dipaksakan masuk kerja pun, kinerja menjadi tidak maksimal. Kompasianer, kalau kamu lebih pilih mana? Memaksakan diri masuk, atau tetap mengajukan cuti/izin?
Ya inilah yang sebenarnya policy korporasi yang menentukan. Doeloe cuti ijin sakit dan lain sebagainya, dilakukan manual dan berdasarkan komunikasi lisan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!