Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengembangkan Daerah Istimewa Sumenep

8 Maret 2021   12:47 Diperbarui: 8 Maret 2021   14:17 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandara perlu diakselerasi dengan teknologi kerakyatan (foto: goodnewsfromindonesia.id)

Provinsi Madura masih jauh panggang dari api. Sebagian kajian telah banyak dikemukakan. Namun sampai di abad 21 ini, posisi 8 Maret 2021, semakin alus terdengar hingga lamat-lamat hilang. Padahal, sebagai sebuah kepulauan sendiri dengan akar budaya yang khas, unik, yang otomatis ada daya tarik wisatawan dan industri, maka Madura sangat potensial dikembangkan menjadi provinsi tersendiri. Ini sudah sangat mendesak. Siapa yang bilang?  Ya saya... yang awam dari politik namun dari nurani sangat ingin Masyarakat Madura semakin maju pesat seiring dengan modernisasi dan digitalisasi teknologi.

Mari kita telisik salah satu Kabupaten yang harusnya jauh maju, namun saat ini hanya maju saja. Artinya harusnya maju pesat, lha ini maju saja. Artinya ya sudah maju, namun perlu diakselerasi untuk lebih lanjut lagi. Mengapa?  Karena potensinya besar, namun malah ditinggalkan sebagian penduduknya. Sebagian lho ya, bukan semuanya. Coba kita telusuri Kabupaten Istimewa Sumenep, wilayah yang punya jejak historis panjang namun seakan ada missing link di antara peradaban lama yang kurang optimal dalam kelanjutannya.

SEJARAH ARYA WIRARAJA 

Kabupaten Sumenep adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia, tepatnya di Pulau Madura dnegan posisi geografis paling timur. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.093,45 km dan populasi pada posisi tahun 2021 ini tidak kurang dari  1.041.915 jiwa. 

Ibu kotanya ialah Kota Sumenep. Nama Songnb sendiri dalam arti etimologinya merupakan Bahasa Kawi / Jawa Kuno yang jika diterjemaahkan mempunyai makna sebagai berikut: Kata "Sung" mempunyai arti sebuah relung/cekungan/lembah,  atau daerah bawah yang ketinggian daratan hampri sama dengan permukaan air laut, berbeda dengan daerah lain di Madura misalnya Sampang Pamekasan dan Bangkalan, yang sebagian adalah perbukitan kapur hasil evolusi pengangkatan permukaan air laut yang naik di jaman baheula. Selanjutnya, ada unsur kata  "nb" yang berarti endapan yang tenang, maka jika diartikan lebih dalam lagi Songnb / Songennep (dalam bahasa Madura) mempunyai arti "lembah/cekungan yang tenang".

Dengan demikian, Sumenep artinya adalah "lembah yang tenang aman untuk hidup berkelanjutan". 

Poros utama Kerajaan Sumenep dengan Masjid Agung (Foto: matamaduranews.com)
Poros utama Kerajaan Sumenep dengan Masjid Agung (Foto: matamaduranews.com)

Penyebutan Kata Songnb sendiri sebenarnya sudah popular sejak Kerajaan Singhasari sudah berkuasa atas tanah Jawa, Madura dan sekitarnya, jauh di daerah Malang Singosari dengan moda angkutan Sungai Brantas, tembus ke lokasi geografis di Sumenep yang sampai sekarang sangat kaya dnegan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Sebagaimana pernah diwartakan dalam kitab Pararaton tentang penyebutan daerah "Sumenep" pada saat sang Prabu Kertanegara mendinohaken (menyingkirkan) Arya Wiraraja (penasehat kerajaan dalam bidang politik dan pemerintahan) ke Wilayah Sumenep, Madura Timur pada tahun 1269 M. 

Ada situasi politik yang kurang nyaman memang, bahwa dahulu kala kepemimpinan Kerajaan Sumenep adalah disebabkan oleh adanya penyingkiran perwira tinggi kerajaan Singosari di Malang, dan kejadian ini mirip dengan sejarah berdirinya Negara Jepang, yang asal usulnya juga adanya penyingkiran perwira kerajaan China, dan diminta mencari tanaman obat di kepulauan Jepang yang sebenarnya tidak ada. Namun bangsa Jepang tumbuh besar sampai bersaing dengan asal-usul nenek moyangnya, yakni bangsa China.

Jarak 174 Km dari STIAMAK, durasi 4 jam karena belum ada Tol (Foto: tangkapan dari gmaps)
Jarak 174 Km dari STIAMAK, durasi 4 jam karena belum ada Tol (Foto: tangkapan dari gmaps)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun