Dini hari selalu datang dan pergi// Dia memanggul kamera untuk menyapa pagi// Melintas sleman magelang boyolali//
Wahai merapi, kapan kau lelehkan lavamu yang penuh semburan api// nyata indah meski bahaya bagi anak-anak kami//
Dwikoen Sastro sang pemburu merapi// setia mendatangi dan menyapa semua// warga yang menggantungkan hidup// pasir merapi//
Saya selalu harus berterima kasih// kepadanya // Dwikoen Sastro// Fotografer yang selalu siaga// Memburu lava merapi pagi//
Dari kabut dingin pagi// Melintas truk dengan kru anak muda yang tidak kenal kantuk// siap menjemput rejeki meski terantuk-antuk//
Batu kerikil kerakal jalan terjal di sepanjang Kali Gendol// Sebagian ada yang menyisir di Kali Krasak// Semua direkam dengan penuh hentak//
Begitulah semangat seorang juru kampanye//Eladalah.. juru kamera de....// Dwikoen Sastro yang sering saya panggil pakdhe//
Karena kesabarannya mengungguli pamanku// Tomblero sang fotografer yang hobi sarungan leak bali//
Gitu kan paman Tomblero yang suka menyendiri?//
Merapi dan Pakdhe Dwikoen Sastro// Ibarat ngudud tanpa tembako// Seiring seirama// Apakah mungkin pakdhe itu ponakannya Mbah Marijan//