Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Puasa dan Peradaban Transendental

12 Mei 2019   15:33 Diperbarui: 12 Mei 2019   15:36 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jurnal lama yang saya juga malah lupa (Dokpri)

Temanya agak berat. Apa hubungannya antara puasa dan peradaban transendental? Transendental itu sendiri apa ya ? Mumet juga menjelaskan dengan lugas. Intinya transendental itu melampaui material, atau melampaui nalar fisik manusia. Jika dikatakan peradaban transendental, kira-kira adalah peradaban yang mengagungkan dimensi Ilahiah atau trans-endental, yang menghubungkan keberadaan manusia dengan sesuatu yang melampaui fisik, tidak sekedar nir-fisik, namun meta-fisik.

Mumet hora kowe... podo aku.. hehe..

Mencoba mengaitkan puasa dengan peradaban transendental, ya sudah demikian kiranya. Puasa yang berdimensi fisik, sebatas menjaga dari haus dahaga, menahan lapar dan segala sesuatu yang membatalkan puasa. Itu puasa fisik.

Puasa yang meta-fisik, adalah bagaimana mengikutkan puasa fisik kita dengan puasa batin, sehingga kita mencapai derajat takwa.

Takwa itu apa ?

Mumet maneh hiki rek..

Derajat takwa itu yang menilai hanya Tuhan semata.

Namun ciri-cirinya bisa kita lihat. Orang makin tenang, makin baik akhlaknya, makin baik kepada tetangga, sayang kepada keluarga,  mau dan suka menolong dengan jiwa raga dan harta benda,  dan sebagainya. 

Puasa yang sukses, adalah puasa yang bisa membaw makin baiknya peradaban.

Makin banyak orang yang bertakwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun