Mohon tunggu...
Nugroho Bambang S
Nugroho Bambang S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Karawang, Jawa Barat, Indonesia

Mahasiswa Ilmu Komunikasi - Universitas Singaperbangsa Karawang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Motif Masyarakat Dalam Berbelanja Online di Tengah Arus Digitalisasi

9 April 2021   13:42 Diperbarui: 9 April 2021   14:13 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pesatnya perkembangan teknologi serta cepatnya arus informasi memudahkan masyarakat dalam melakukan apapun. Dengan hanya dirumah saja, kini setiap orang dapat melakukan sebagian besar aktivitas secara online mulai dari berinteraksi di media sosial, bekerja (work from home), hingga belanja online.

Kemudahan ini membuat orang-orang dapat beraktivitas secara efektif dan efisien. Salah satu fenomena yang menjadi perhatian masyarakat di dunia maya saat ini adalah munculnya e-commerce, sebuah marketplace  yang menghadirkan fasilitas interaksi antara penjual dan pembeli, dengan memasarkan produknya secara online dan sarana bagi calon konsumen untuk membeli serta bertransaksi secara online.

Pertumbuhan e-commerce di Indonesia meningkat setiap tahun. Hal ini disusul oleh jumlah pengguna atau konsumen yang juga terus bertambah terlebih di saat Pandemi Covid-19. Dilansir dari circlo.com, pada tahun 2020 jumlah pengguna internet di Indonesia yang berbelanja online sebesar 88 persen telah membeli produk online. Aktivitas manusia yang terbatas menjadikan belanja online sebagai pilihan terbaik agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Fenomena belanja online seolah sudah menjadi budaya dan gaya hidup masyarakat masa kini di tengah arus digitalilasi. Berbagai kemudahan dan keuntungan yang memanjakan mata dan selera membuat rasa tertarik tak terhindarkan untuk memilih berbelanja. 

Tak jarang, pilihan yang diambil hanya sekedar "lapar mata" atas pengaruh tren yang turut menghiasi kehidupan dan memengaruhi masyarakat yang ada di dalamnya. Belanja online bukan hanya sekedar atas motif dalam pemenuhan kebutuhan. 

Pengaruh seperti ini menjadi perhatian kita apa sebenarnya motif masyarakat dalam berbelanja online. Arus informasi yang cepat serta wawasan seakan-akan menambah ruang sudut pandang bagi pikiran kita, ruang lingkup sosial yang semakin kompleks pun ikut memengaruhi terhadap keputusan dan tindakan kita.

Motif masyarakat dalam berbelanja online sangat beragam, mulai dari biaya yang rendah, kenyamanan berbelanja (dapat diakses kapanpun dan dimanapun) yang ditawarkan, barang-barang yang sangat bervariasi sehingga mudah dalam memilih barang yang akan dibeli. 

Tak hanya motif dari segi aksesibilitas saja yang jadi pilihan masyarakat dalam berbelanja, namun ada saja pengaruh motif sosial yang membuat seseorang terdorong untuk melakukan belanja secara online. Dari aspek usia, dilansir dari Kompas.com, hasil riset Kredivo dan Katadata Insight Center (KIC), menunjukkan dua generasi (Generasi Milenial dan Generasi Z) menjadi penyumbang tertinggi transaksi e-commerce yakni 85 persen. 

Menurut Direktur Riset Katadata Insight Center (KIC), Mulya Amri, 36 persen transaksi e-commerce disumbang oleh konsumen dengan usia 18-25 tahun, 49 persen disumbang oleh kosumen usia 26-35 tahun, 13 persen oleh usia 36-45 tahun, 2 persen oleh usia 46-55 tahun dan 0,2 persen oleh usia di atas 55 tahun. Produk fashion masih menjadi kategori barang terpopuler dengan komposisi 30 persen dari total transaksi sepanjang 2019.

Data tersebut menunjukkan beragamnya kategori pilihan dalam berbelanja online berdasarkan usia. Generasi Milenial dan Generasi Z sebagai generasi yang terlahir dan hidup di tengah majunya teknologi dan informasi, tidak terlepas dari adanya peran dan pengaruh dalam menciptakan realitas. 

Dalam penjelasan ontologi paradigma konstruktivis, realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Dalam pandangan paradigma definisi sosial, realitas adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial disekelilingnya. Misalnya pada iklan Shopee, gambaran mengenai Hari Belanja Online Nasional (HARBOLNAS), super sale dan gratis ongkir, ini adalah realitas yang dibangun oleh iklan dalam suatu media (televisi atau digital) untuk menjelaskan menariknya suatu produk, sehingga pemirsa (calon konsumen) sampai kepada kesimpulannya terhadap produk tersebut, bahwa jika ia membeli di Shopee akan mendapat keuntungan dari segi harga dan kepuasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun