Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Hati-hati, Ini Tanda Orangtua yang Otoriter dalam Mendidik Anak

31 Januari 2023   23:10 Diperbarui: 31 Januari 2023   23:19 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: jabar.tribunnews.com

Mendidik anak agar disiplin, berperilaku baik, dan berdisiplin memang baik. Tetapi mendidik anak dengan terlalu keras - atau dengan kata lain menjadi orangtua yang otoriter- justru berdampak negatif terhadap anak. Dampak negatif tersebut antara alain: anak justru menjadi kurang percaya diri, pemalu, kurang bersosialisasi, atau bisa sebaliknya merasa benar sendiri dan terlalu agresif terhadap orang lain.

Oleh karena itu, orangtua harus hati-hati agar tidak menjadi orangtua yang otoriter atau mendidik anaknya dengan terlalu keras. Seringkali orangtua tidak menyadari bahwa mereka mendidik anaknya terlalu keras. Oleh karena itu perlu diperhatikan tanda-tanda berikut yang menunjukkan orangtua mendidik anaknya terlalu keras.

Pertama, hanya memuji hasil pekerjaan atau belajar anak yang terbaik atau maksimal. Ini memberi kesan pada si anak bahwa ia hanya dipuji jika hasilnya maksimal dan diejek atau dihukum ketika hasil pekerjaan atau belajarnya tidak maksimal meskipun masih dalam kategori baik. Oleh karena itu orangtua harus mengubah orientasi dalam hal memuji anak. Anak tetap harus dipuji meskipun ia gagal asalkan ia sudah berusaha dengan baik dan maksimal.

Kedua, suka memberi perintah dengan kalimat yang keras - maaf, seperti majikan kepada pembantunya-  misalnya: "cepat bersihkan tempat tidurmu kalau tidak ibu atau bapak hukum". Lebih baik perintah itu diperhalus, misalnya:" Nak kamu akan membereskan tempat tidurmu dulu ataukah meletakkan baju kotormu di tempat baju kotor?"

Ketiga, tidak melihat alasan mengapa anak tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Contohnya ketika ia pulang sekolah terlambat langsung dimarahi dan dituduh ia bermain setelah pulang sekolah. Padah mungkin ia terlamabat pulang sekolah karena jalanan macet akibat ada kecelakaan. Maka dalam kasus anak terlambat pulang sekolah, alangkah baiknya ditanya terlebih dahulu alasannya.

Keempat, Terlalu sering menghukum dan mencaci anak. Menghukum atau mengur dengan keras boleh-boleh saja tetapi terlalu sering menghukum atau menegur dengan keras alias mencaci anak membuat anak justru takut melakukan berbagai hal. Akibatnya nanti ia tidak bisa menjadi pribadi yang mandiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun