Sang gadis berkunjung ke pusara lelaki kekasihnya. Tanahnya masih basah dan taburan bunga belum layu juga. Sang lelaki memang baru saja pergi ke keabadian karena sebuah kecelakaan yang menimpanya.
Sang gadis meneteskan airmata karena dalamnya duka cita. Tapi airmata itu juga sekaligus wujud rasa bahagia dan bangga.
Bahagia dan bangga terhadap lelaki kekasihnya yang telah tiada. Hal itu mengemua karena dalam kecelakaan itu sebenarnya sang lelaki bisa memilih menyelamatkan nyawanya dengan menabrak seorang ibu hamil yang menyeberang dengan tiba-tiba. Tetapi sang lelaki lebih memlih menyelamatkan dua nyawa itu dan membanting stir mobilnya hngga malah dia sendiri yang celaka.
Sang gadis menyadari ia sebenarnya tak salah memilih lelaki pasangannya. Namun tampaknya Tuhan lebih mengasihinya dan pintu surga akan terbuka karena dialah pahlawan yang nyata yang mau mengurbankan nyawanya untuk menyelamatkan dua jiwa lainnya.