Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hidup Sang Lelaki yang Bagai Kerakap di Atas Batu

17 Desember 2021   12:25 Diperbarui: 17 Desember 2021   12:40 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Sang lelaki menyadari betul tentang hidupnya.  Hidupnya bagai kerakap di atas batu, sesuai pepatah di bahasa Indonesia yang dipelajarinya. Hidup segan mati tak hendak, kata lainnya.

Penghasilannya memang hanya cukup untuk hidup harian tak pernah ada lebihnya. Bisa makan tiga kali sehari secara sederhana sudah merupakan kemewahan baginya. Sebenarnya ia ingin marah pada nasib yang mengungkungnya mengapa ia lahir dari orangtua yang miskin juga. Tetapi ia tahu itu tak baik dan tak bisa menyalahkan orangtuanya sebab ia tak bisa memilih siapa orangtua yang melahirkannya.

Ia juga tak bisa menyalahkan kondisi sosial ekonomi masyarakat serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang menciptakan kesenjangan luar biasa. Sebab perbedaan konon adalah juga bisa menciptakan kemuliaan adanya. Maksudnya orang miskin ada supaya ada kesempatan bagi orang kaya untuk berbuat amal kebaikan di hidupnya.

Namun dalam kemiskinannya, sang lelaki masih bersyukur bahwa kenyatannya ia masih bisa hidup seadanya. Ia tak pernah sakit dan selalu sehat-sehat saja. Tak harus berpikir keras menanggung bebabn keluarga sebab ia sampai saat ini memilih sendiri saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun