Lelaki itu rindu kembali ke masa kecilnya seperti dahulu kala.
Sebab ketika ia terjatuh pada saat itu hanya tangan dan kakinya yang terluka. Tetapi di masa dewasa menjelang tuanya, ia jatuh dan yang terluka adalah hatinya. Luka hati yang tak terlihat kasat mata ternyata jauh lebih pedih dan bertahan lama.
Itu semua gara-gara cintanya pada seorang gadis yang tak seimbang dan tak sama. Sang lelaki sudah berjuang ibarat mengarungi ombak yang ganas seganas-ganasnya. Namun sang gadis sebaliknya bak menyeberangi genangan saja seribu keluhan meluncur dari mulutnya.
Padahal maksud sang lelaki ibarat membangun istana di masa depan semuanya harus dibangun dari awal secara bersama-sama. Sementara sang gadis maunya menerima istana yang sudah jadi tanpa mau tahu prosesnya.
Maka diputuskan oleh sang lelaki untuk mengakhiri saja hubungan cintanya. Lebih baik seperti itu daripada membangun cinta yang tak seimbang dan tak sama.