sang lelaki. Membaca sebuah berita tentang anjing baik hati yang dianiaya hingga mati. Tentu ada seribu satu alasan dari yang meghakimi  sang anjing untuk pembenaran diri
Sedih tak terperi hatiDibayangkan oleh sang lelaki jika anjing itu bisa berkata-kata dari hati tentu ia bertanya: mengapa saya yang jadi sasaran keji? Mengapa saya harus mati?
Sang anjing akan berkata lagi: saya kan juga mahluk ciptaan ilahi. Setau saya memperlakukan dengan baik CiptaanNya sama dengan menghormati Dia yang Ilahi. Saya di tempat ini juga bukan permintaan saya sendiri. Saya dibawa majikan saya yang baik hati. Saya hendak pulang ke rumah tuan saya sendiri tetapi tiba-tiba ditanagkap tanpa bisa membela diri. Tak bisa membela diri karena saya bukan anjing liar dan ganas yang bisa mempertahankan diri dengan menyalak dan gigi-gigi.
Lalu dalam kesedihan yang mendalam dan teriris hati, sang lelaki menulis puisi untuk hewan yang tak bisa melawan dan hanya bisa pasrah mati. Begini bunyi puisinya: Selamat jalan anjing yang baik hati. Semoga engkau dapat menikmati damai abadi. Tiada lagi siksa yang kau terima secara duniawi. Jika tak kau dapatkan keadilan di dunia ini, mungkin ada di pengadilan akhir jaman nanti.