Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Ibu Menangisi Puteranya yang Pergi di Bekas Tambang Batu Bara

19 September 2021   23:59 Diperbarui: 20 September 2021   00:12 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: ekonomi.bisnis.com

Sang ibu hanya bisa menangisi tubuh kaku sang putera tanpa henti.

Sang putera yang masih kanak-kanak memang terbunuh sia-sia di bekas tambang batu bara yang sudah tak beroperasi. Bekas tambang itu penuh lubang dalam dan jika hujan penuh air mengisi. Anak-anak suka bermain di sana dengan senang berseri.

Tapi sore itu ketika puteranya tak juga pulang, sang ibu menyusulnya dan melihat tubuh sang putera sudah mengambang tak bereaksi. Pecah tangis sang ibu tak terkendali.

Sang ibu memang orang sederhana yang tak tahu undang-undang dan legislasli. Tapi setahunya penambang seharusnya tak hanya mencari uang yang banyak tetapi juga punya tanggung jawab agar bekas tambang normal kembali.

Sang ibu juga berfikir mestinya sang penambang dan juga manusia pada umumnya menyamakan tanggungjawab terhadap lingkungan itu seperti menghayati agama atau religi. Jika ingat religi maka manusia akan bertindak hati-hati sebab menyangkut masa depan yang akan dihadapi dengan pasti dengan timbangan antara perbuatan baik dan keji. Demikian pula dengan menghadapi alam dan lingkungannya setiap hari. Mestinya manusia juga harus memandang jauh ke depan dan membayangkan hukuman yang ngeri jika kelestarian alam tak dijaga dengan hati-hati. Dan akibatnya akan menimpa anak cucu sendiri yang tak bersalah secara langsung terhadap hal ini seperti yang kini ia hadapi.

Kini hanya tangis sang ibu mengiringi puteranya yang pergi. Ia tak tahu kemana lagi harus mencari keadilan di negeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun