Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bagai Perangkat Alam Semesta

1 September 2021   01:06 Diperbarui: 1 September 2021   01:05 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: wallpaperbetter.com

Lelaki itu kini menyesal telah memutus cintanya.

Ia merasa sang gadis pujaan sempurna bak perangkat alam semesta. Bagi sebagian manusia itu tak terasa kehadirannya tetapi sebenarnya amat bermakna.

Sang gadis bagai udara. Tiap saat ada tapi tak pernah ia merasa hormat pada kehadirannya. Kini ketika tak ada terasa sesak di dada.

Sag gadis juga bagai hujan yang tiba. Terasa dingin sampai menusuk ke tulang dan nyeri terasa. Tetapi kini ketika tiada, sang lelaki baagai kehausan di tengah terik matahari dan panas yang luar biasa.

Sang gadis juga bagai matahari di tengah angkasa. Ketika ada panasnya membakar kulit dan rupa. Tetapi ketika tak hadir menyapa, sang lelaki menggigil kedinginan bagai tidur telanjang tanpa selimut yang menghangatkan tubuhnya.

Atau pula sang gadis bagai rembulan di tengah malam suasana. Ketika mengangkasa, faedahnya serasa tak ada karena banyak bintang dengan sinar yang sama. Tetapi ketika kini sang gadis tak ada, lelaki itu bagai berjalan di gelap gulta. Tak jelas benar ke mana arah perginya.

Maka kini ia berdoa agar sang gadis kembali ke sampingnya dan memaafkan kesalahannya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun