Tiap kali berdoa sang lelaki hanya mengalami kegersangan dan kesepian rohani.Â
Tak ada tanda-tanda ia bisa berdialog dengan sang ilahi.Â
Mau mempersembahkan sesuatu di hadapan Sang Ilahi juga tak berani. Hanya kegamangan dan dosa-dosa yang dilakukannya tak henti .
Mengapa baginya lebih mudah mencipta puisi daripada berdoa dan bermeditasi?Â
Akhirnya ia serahkan kesepian dan kegersangan rohani itu pada Sang Ilahi. Ia yakin pada masa-masa nanti akan disediakan baginya suatu oase yang menyejukkan nurani karena Sang Ilahi maha mengetahui dan mengampuni .
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!