Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belajar dari Henry Dunant

8 Mei 2021   11:10 Diperbarui: 8 Mei 2021   11:23 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Henry Dunant (sumber gambar: id.wikipedia.org)Perang selallu merupakan tragedi kemanusiaan.

 Di pihak-pihak yang berperang sama-sama jatuh kurban. Bahkan pihak yang menangpun tak sepenuhnya senang karena dari pihaknya banyak jiwa yang melayang.

Pun pula demikian di pertemupran di Solferino Italia Utara 24 Juni 1859. Kala itu pasukan Perancis bersama Italia melawan pasukan Austria. Ada 40 ribu kurban perang tergeletak, ada yang terluka, ada yang meregang nyawa.

Adalah Henry Dunant, seorang pebisnis kaya raya, tergerak hatinya untuk menolong  seama. Diajaknya penduduk setempat untuk menolong kurban. Diyakinkannya kemanusiaan harusnya tak memandang suku, agama, ras, dan aliran. Ia sendiri dengan biaya sendiri mendirikan rumah-rumah sakit darurat. Ia juga membujuk Perancis membebaskan dokter Austria yang ditawan untuk menolong kurban.

Pada 1863, di Jenewa Henry Dunant dan kawan-kawan mendidrikan secara resmi Palang Merah Internasional.

Jiwa sosial Henry Dunant dalam sejarah juga dinilai kebablasan. Karena aktivitas sosialnya membuat perusahaannya tak terurus dan mati serta dinyatakan pailit.

Atas jasa-jasanya di tahun 1901 Henry Dunant dihadiahi Hadiah Nobel Perdamaian yang pertama bersama Frederic Passy.

Lalu tanggal 8 Mei diperingati sebagai Hari Palang Merah Internasional sesuai tanggal kelahiran Henry Dunant.

Dari Henry Dunant kita bisa banyak belajar. Bahwa hidup tidak melulu soal menumpuk harta tetapi juga harus berguna bagi orang lain. Bahwa kemanusiaan mestinya tak mengenal diskriminasi atas dasar apapun juga.

(Puisi Untuk Memperingati Hari Palang Merah Internasional 8 Mei 2021)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun