Si bocah kecil itu punya tajamnya naluri.
Dicegahnya ayahnya pergi. Dengan tangis diteriakannya: Ayah jangan pergi. lalu ia berusaha supaya pintu terkunci.
Tapi sebagai prajurit sang ayah tetap pergi. Demi melaksanakan tugas bagi ibu pertiwi.
Kini firasat bocah itu terbukti. Ayahnya pergi. Bukan untuk sementara tetapi kepergian yang abadi.
Tenanglah nak, ayahmu sudah bahagia di surga nan indah. Ia akan selalu mendoakanmu dari sana dan senantiasa menjagamu sampai nanti ia akan menjemput dan menantimu di pintu surgawi. Untuk bersama masuk ke keabadian.
(Puisi Ini dilhami oleh kisah salah seorang putera awak Nanggala 402, yang melarang ayahnya pergi)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!