Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta Sehidup-Semati Kamajaya-Kamaratih

27 Januari 2021   22:29 Diperbarui: 27 Januari 2021   22:30 5465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamajaya dan kamaratih (sumber gambar: asmaralaya.blogspot.com)

Ada sepasang Dewa dan Dewi suami isteri. Kamajaya dan Kamaratih namanya. Kamajaya putera Sang Hyang Betara Isma. Kamaratih Puteri Batara Sang Hyang Soma.

Yang lelaki tampan dan yang wanita cantik menawan.Tak begitu terkenal di dunia pewayangan. Namun punya kisah kesetiaan yang patut diteladan.

Suatu saat Kahyangan diserbu barisan raksasa di bawah pimpinan Prabu Nilarudraka. Tak satupun Dewa yang bisa mengalahkannya. Pimpinan para dewa yaitu Batara Guru sedang bertapa. Hanya Batara Guru yang bisa mengaalahkan Nilarudraka.

Maka diputuskan mengutus Batara Kamajaya untuk membangunkan Batara Guru dari laku tapanya.

Sesampainya di pertapaan, Kamajaya tidak berani membangunkan Batara Guru secara langsung. Lalu digunakannya panah yang bisa menyebarkan mewangian bunga. Tapi itu tak mempan. Akhirnya diambilnya panah Panca Wisaya yang bisa membangkitkan rindu seseorang terhadap orang yang dikasihinya. Ketika panah itu mengenai Batara Guru, maka terbangunlah Batara Guru dari tapanya karena ia sangat rindu pada Betari Uma kekasihnya.. Namun begitu bangun, Betari Uma tak dijumpainya melainkan Kamajaya. Maka marahlah Betara Guru dan dengan sekejap menyambarkan api dari matanya ke Kamajaya. Dalam sekejap Kamajaya mati terbakar.

Datanglah Kamaratih yang memintakan ampun pada Batara Guru supaya menarik apinya dan menghidupkan kembali suaminya. Tapi Batara Guru tidak mau. Akhirnya dengan rasa sedih Kamaratih menerjunkan dirinya di api yang membakar suaminya. Mereka mati bersama sebagai simbol cinta sehidup semati antara suami dan isteri.

Hingga kini dalam masyarakat Jawa dalam upacara pernikahan diwejangkan supaya mereka meniru Kamajaya dan Kamaratih. Di acara tujuhbulanan bayi dalam kandunganpun selalu diharapkan bahwa jika bayi laki-laki hendaklah ia meniru Kamajaya dan jika perempuan meniru Kamaratih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun