Dimuat di Targetabloid.co.id, Minggu/5 Januari 2014
http://targetabloid.co.id/index.php/artikel/detail/1743
[caption id="" align="alignleft" width="180" caption="Dok. Pri (Ki Slamet Gundono di Bentara Budaya Yogyakarta 2 Okt 2013)"][/caption]
Ki Slamet Gundono, dalang yang terkenal lewat wayangnya suket menghembuskan nafas terakhir pada Minggu pagi 5 Desember 2014 di ruang ICU Rumah Sakit Yarsis, Pabelan Kartasura, Sukoharjo. Seniman yang lahir di Slawi, Tegal, 19 Juni 1966 itu meninggal karena penyakit yang dideritanya.
Landung Simatupang, seniman asal Yogyakarta meneruskan SMS Anto dari Balai Sudjatmoko, Solo, “Warta singkat yang pedih menghunjam, menikam kami serumah di Jogja pukul delapan empat puluh satu menit empat puluh tiga detik: 'Slamet Gundono baru saja menutup mata - RSI YARSI SOLO'. “Saya menangis. Selamat jalan, seniman besar! Lebih dari segalanya, dalam kenangan saya Anda hidup terus sebagai manusia yang penuh cinta dan kepedulian kepada sesama,” tulis Landung di status facebook-nya.
Kabar meninggalnya Ki Slamet Gundono cepat menyebar lewat jejaring sosial dan BlackBerry Messenger (BBM). Leyloor Why Lah X memasang foto bergambar dalang nyentrik berbadan tambun tersebut. "In Memoriam Slamet Gundono", tulis Leyloor dalam status FB-nya pada Minggu (5/1/2013).
[caption id="" align="alignright" width="180" caption="Dok. Pri (Ki Slamet Gundono di Bentara Budaya Yogyakarta 2 Okt 2013)"][/caption]
Sementara itu, dalam akun facebook musikus asal Yogyakarta, Djaduk Ferianto yang diunggah Minggu (5/1/2014) juga menyampaikan kabar dukacita tersebut. "Telah meninggal dunia sahabatku seniman besar Slamet Gundono....selamat jalan sobat," tulisnya.
Sunu Purnama, seorang penyair dari Yogyakarta yang kini berdomisili di One Earth, Ciawi, Bogor mempersembahkan doa dan puisi di dinding FB-nya, "Nok...aku pergi untuk melanjutkan perjalanan kehidupan ini. Mungkin ragaku yang besar ini sudah saatnya menyatu kembali dengan Ibu Pertiwi Indonesia yang aku cintai. Jadilah suket yang cerdas menyuarakan cinta dan kasih sayang seperti yang telah aku ajarkan kepadamu.
Hapuslah air matamu, jadikan sebagai air kehidupan yang memberi arti bagi napas yang masih engkau hirup. Kutinggalkan padamu wayang suketku. Hidupilah dengan jiwa kasihmu...Di ujung titik puncak kehidupan manusia kita akan bertemu kembali. Selamat Jalan Ki Slamet Gundono...”