Mohon tunggu...
E. Nugroho
E. Nugroho Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, ilmuwan, seniman, pengamat bahasa

Dokter, pengamat bahasa, pengamat sosial

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Vaksin Palsu dan Kumis Tikus. Apa bersamaannya?

4 Juli 2016   00:21 Diperbarui: 4 Juli 2016   00:30 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: online-instagram.com

Heboh vaksin palsu mengguncang Indonesia, sampai-sampai Presiden pun ikut mengutuknya sebagai kejahatan besar... Banyak yang sudah ditulis di sini, di Kompasiana; tapi belum ada (rasanya) yang menulis ini.

Apa persamaan vaksin palsu dan kumis tikus? Baru kumisnya yang tertangkap dan tercabut. Tikusnya mencicit sedikit, usap-usap mukanya, lalu senyum girang... hehehe... belum kena. Memang kau bisa tangkap aku?

Tikus tadi adalah obat palsu. Kasus obat palsu sudah berpuluh tahun terdengar di Indonesia, terutama di kalangan perusahaan farmasi. Apa mereka pernah teriak? Dulu, 5 - 15 tahun lalu, sering. Lalu bungkam seribu basa. Entah mengapa... tanyakan pada rumput yang bergoyang... Tapi lihat statistik ini:

  • Obat Palsu yang beredar bernilai 10% dari semua obat yang ada di Indonesia.
  • Total peredaran obat = Rp 26 trilyun per tahun (data beberapa tahun lalu)
  • Total obat palsu = Rp 2,6 trilyun.

Dari mana datanya? Dari IPMG, persatuan pengusaha farmasi luar negeri yang beroperasi di Indonesia. Di mana obat tadi dijual? Di depan mata. Coba cari di Pasar Pramuka; mungkin banyak.

Sumber: IPMG-online.com
Sumber: IPMG-online.com
Nah... Itu beberapa tahun lalu. Sekarang diduga pasar obat Indonesia mencapai 60 trilyun. Jadi obat palsu yang beredar (kalau persentasi masih sama) adalah 6 trilyun. Berapa yang tertangkap oleh razia BPOM? Entahlah. Tiap kali baca, rata-rata yang dimusnahkan sekitar 10-30 milyar. Beberapa bulan sekali. Barangkali setahun 100 milyar? 200? 300? 500? Berapa persen itu? Hitung sendiri...

Maka setiap kali saya baca BPOM membakar obat palsu senilai sekian milyar, saya tersenyum geli... Pejabat BPOM mungkin kurang enak dengan paparan ini. Kalau data tadi salah, marahi IPMG. Suruh tutup situsnya. Tapi kalaupun situs sudah ditutup, catatan sudah tersimpan di dunia maya yang lebar ini. Kecuali, IPMG memohon maaf. "Maaf, data saya salah besar..." 

Jadi, kenapa sekian puluh tahun, setelah presiden-presiden berganti atau mati, tidak ada satu presiden pun yang berhasil membereskan obat palsu ini? Tanyakan lagi pada rumput yang bergoyang. Duit yang berkeliaran di sini terlaluu banyak. Lalu, konon kabarnya, hukuman untuk pemalsu obat cuma maksimal 6 bulan penjara... Oh, my God...!!! Kemana Indonesiaku? Kasihan bangsa ini... 

Semoga staf presiden yang ada mau meneruskan catatan ini padanya. Mungkin Jokowi bisa menyelesaikan? Siapa tahu... 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun