Mohon tunggu...
E. Nugroho
E. Nugroho Mohon Tunggu... Dokter - Dokter, ilmuwan, seniman, pengamat bahasa

Dokter, pengamat bahasa, pengamat sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Untuk Koruptor: yang Lebih Manjur dari Sumpah Pocong

9 Juni 2014   23:40 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:29 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita ketahui, pada beberapa kasus pengadilan, orang menjalani tradisi sumpah pocong. Dengan terbalut kain kafan seperti orang mati, atau berkerudung kain kafan, seseorang mengucapkan sumpahnya; menyatakan kebenaran dari pernyataannya, di hadapan khalayak ramai, sering kali di mesjid. Bila pernyataan yang diucapkannya tidak benar, orang tadi dipercaya akan dikutuk, mendapat hukuman berat dari Tuhan. Ini kadang kala dianggap sebagai bukti akhir oleh hakim. Sumpah pocong tidak dibenarkan dalam agama Islam ataupun agama lainnya, tapi faktanya masih terus dilakukan. Lihat http://unik.kompasiana.com/2012/07/01/sumpah-pocong-bukan-untuk-kebenaran-dan-kejujuran-473898.html.

Tidak banyak penelitian mengenai hal ini, kalaupun ada. Berapa banyak orang berani mengucapkan sumpah pocong yang dusta? Entah. Tapi logika menyatakan, ada. Seorang psikopat yang tanpa mengedipkan mata dapat membunuh teman atau saudara sendiri tidak akan takut dengan sumpah pocong. Baca http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2014/06/06/kejiwaan-1-prabowo-psikopat-atau-bukan-psikopat-ini-yang-tepat--663884.html. Kita ketahui juga ratusan pejabat yang sudah disumpah, sumpah biasa, pada pengadilan korupsi, dan ratusan tetap berbohong. (Sepertinya, juga tidak banyak tambahan hukuman yang diberikan pada koruptor walau dia terbukti berdusta setelah disumpah di pengadilan.)

Saya bukan ahli agama apapun. Jadi saya tidak akan membicarakan boleh tidaknya sumpah pocong dilakukan. Tapi seandainya itu dilakukan, bunyi sumpah tadi bisa diubah dengan sesuatu yang lebih ditakuti para koruptor. Dan tanpa pocong.

Hari ini saya membaca situs Detik, dan ketemu dengan judul ini “Singgung Anak dan Keluarga di Pledoi, Wawan Terisak”. Di waktu yang lalu, juga sering terpidana korupsi menangis waktu mengingat keluarganya, anak dan isterinya. Itu menunjukkan bahwa banyak orang melakukan korupsi demi keluarga. Demi “kebahagiaan” anak isterinya. Untuk itu, dia tidak takut di penjara, tidak takut mati. Tidak takut bersumpah yang akan mendatangkan kutukan Tuhan pada dirinya. Tapi mungkin sekali ia akan berpikir dua kali kalau sumpahnya mengutuk anak isterinya!

Begini bunyi sumpah yang saya usulkan : “Demi Tuhan, Allah yang Mahakuasa, dengan ini saya menyatakan bahwa saya menyatakan hal yang sebenarnya. Kalau saya berdusta, maka saya bersekutu dengan setan; demi setan, biarlah keluargaku, isteri, anak cucuku, terkutuk, yang wanita hidup hina dina, yang laki mati sebagai kriminal.”

Saya yakin, separo dari koruptor tadi tidak akan berani mengucapkan sumpah ini. Sisanya? Mereka psikopat sejati dan akan melakukan segala sesuatu, termasuk bersekutu dengan setan.

Catatan: Setahu saya, agama Islam dan Kristen tidak memperbolehkan orang bersumpah selain pada Tuhan. Agama Kristen bahkan menganjurkan orang untuk tidak bersumpah, tapi mengatakan “ya” berarti ya, dan “tidak” berarti tidak. Tapi dalam sumpah baru tadi, sudah dituliskan bahwa “kalau saya berdusta”, jadi memang orang tadi telah memilih untuk bersekutu dengan setan. Jadi secara logika, kalimat terakhir itu tidak berlaku untuk mereka yang jujur; jadi boleh saja diucapkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun