Mohon tunggu...
Nugraha Wasistha
Nugraha Wasistha Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penggemar bacaan dan tontonan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serangan di Kedalaman

7 Desember 2021   20:10 Diperbarui: 22 Desember 2021   19:58 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah dari Unsplash.com

Buku Log Komandan Kapal Selam KRI Guawijaya / Letnan Kolonel Laut (P) Verdi Santosa / Lokasi: Perbatasan Laut China Selatan / Tertanggal:  3 November 2021

Saat itu kami sedang melakukan patroli dalam mode Silent Running. Semua peralatan non-esensial dimatikan, reaktor berfungsi minimum, kecepatan hampir mendekati nol, dan penginderaan hanya mengandalkan sonar pasif alias hidrophone semata. Pada awalnya semua berlangsung rutin sampai kami mendeteksi sinyal mencurigakan dari perbatasan.

Analisa audio memastikan sumber sinyal tersebut adalah sebuah kapal selam asing yang menyusup ke perairan teritorial. Suara baling-balingnya begitu halus, sehingga mungkin tak bakal terdeteksi jika kami tidak kebetulan sedang melakukan mode pengintaian. Meski tidak memiliki bukti karena keterbatasan alut-sista, peristiwa seperti ini diduga bukan yang pertama kali. Sudah bukan rahasia bahwa kapal selam negara super-power suka 'menerobos' perairan teritorial negara lain, meski tidak selalu dengan niat buruk. Hanya sekedar potong kompas atau melakukan pelatihan reconnaissance.

Kami tidak buru-buru bertindak. Strategi tetap diperlukan. Kapal selam sekelas KRI Guawijaya jelas bukan tandingan boomer bertenaga nuklir. Dan kehati-hatian ini ternyata keputusan yang tepat, karena terjadi perkembangan yang lebih mengejutkan. Hidrophone kembali mendeteksi kehadiran kapal selam kedua. Dan dari bearing maupun pola pergerakan yang selalu berada di wilayah dead-zone kapal selam pertama, kami menyadari kapal selam kedua ini sedang membuntutinya.

Tidak terlalu mengejutkan sebenarnya. Permainan hide and seek seperti ini sering terjadi sejak jaman perang dingin. Apalagi sekarang sedang terjadi peningkatan ketegangan di wilayah Pasifik antara China melawan Amerika dan sekutunya. Mesin-mesin perang mereka yang dikerahkan cepat atau lambat pasti akan bersinggungan. Mungkin tidak akan pernah meletus menjadi pertempuran terbuka. Tapi sekedar pertarungan psikologis alias perang urat-syaraf sangat mungkin terjadi. Dan sepertinya inilah yang sekarang kami saksikan - atau 'dengarkan', lebih tepatnya.

Lalu terjadilah hal yang benar-benar mengejutkan. Rentetan bunyi ping-ping-ping yang semakin rapat menandakan sebuah torpedo telah ditembakkan. Beberapa saat kemudian hidrophone memindai suara dentuman, dan kapal selam pertama tiba-tiba lenyap dari monitor sonar. Dipastikan sebuah direct-hit. Kami menyangka kapal selam kedua adalah pelakunya. Namun peristiwa selanjutnya mengubah sangkaan tersebut.

Kapal selam kedua terpantau menyalakan sonar aktif dan sekaligus menambah kecepatan. Perwira sonar kami bahkan bisa mendengar teriakan-teriakan terkejut dari awak di dalamnya. Dari perubahan modulasi sonar maupun gemuruh turbolensi yang mengiringi suara baling-baling, nampaknya kapal selam tersebut sedang melakukan manuver 'Crazy Ivan'. Seolah mereka pun takut akan diserang. Tentu sebuah keanehan jika mereka adalah pelaku serangan tadi. Keanehan ini semakin terbukti ketika bunyi sonar pengarah torpedo kembali terdengar entah dari mana, dan kapal selam kedua itu pun juga menghilang dari monitor. Sama-sama dihancurkan.

Kejadian tersebut mengarah pada kesimpulan yang mengerikan. Kedua kapal selam itu telah diserang oleh pihak ketiga yang tidak kami ketahui keberadaannya. Ada kapal selam lain di luar sana yang sama-sekali tidak terlacak oleh peralatan penginderaan pasif yang ada di Guawijaya.

Saya segera mengumumkan status battle-station dan memerintahkan kamar mesin untuk mematikan reaktor. Semua awak dilarang menimbulkan suara apapun. Berbicara pun hanya diizinkan jika ada kepentingan mendesak, dan harus dilakukan dengan berbisik. Semua untuk mengurangi kemungkinan terdeteksi oleh pihak ketiga yang tidak dikenal ini. Tidak ada yang bisa memastikan apa yang mereka lakukan jika mengetahui kehadiran kami. Meski demikian, kami sadar tidak bisa tinggal diam. Sekedar manuver hide and seek barangkali masih bisa ditanggapi dengan umpatan. Tapi jika sudah melakukan operasi seek and destroy itu sudah keterlaluan.

Sebagai komandan, saya memahami bahwa jika terjadi engagement akan ibarat David melawan Goliath. Pihak tidak dikenal ini jelas hunter-killer yang jauh lebih canggih. Di atas kertas, Guawijaya akan lebih mudah digilas dibanding dua korban sebelumnya. Tapi pada saat yang sama, kami punya kelebihan yang bisa dimanfaatkan. Pertama, kehadiran kami juga belum mereka ketahui. Kedua, kami punya mapping bawah laut yang lengkap sepanjang wilayah perbatasan ini. Baik terkait topografi, salinitas, dan terutama jalur thermocline yang ada. Dua hal ini saya harapkan jadi elemen kejut yang cukup strategis untuk menghadapi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun