Mohon tunggu...
Nugraha Wasistha
Nugraha Wasistha Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penggemar bacaan dan tontonan

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Mengenang Jockie Suryoprayogo: Musiknya Berjiwa dan Bercerita

4 Februari 2021   20:38 Diperbarui: 9 Maret 2021   19:20 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dikutip dari iMusic.id

Tiga tahun berselang, tepatnya tanggal 5 Februari 2018, Salah satu maestro legendaris telah itu berpulang. Saya kepingin menulisnya, karena dari jaman masih koloran kemana-mana sampai jaman korona membuat saya takut kemana-mana, lagu-lagu almarhum tetap sering saya dengarkan.

Buat saya, Jockie Suryoprayogo adalah salah satu dari dua dewa musik Indonesia, selain Ian Antono. Dia tidak cuma bisa berlaga di berbagai aliran - dari Rock, Jazz, sampai Pop. Tapi musiknya bisa membuat lagu apapun jadi mahal dan spesial.

Saya paling suka God Bless, Chrisye, Andi Mariem Mattalata, Dian Pramana Poetra - ketika lagu-lagu mereka mendapat sentuhan almarhum. Mungkin kedengarannya kelewat radikal ya. Tapi memang begitu kok. Sumpah. Bukannya nama-nama legendaris itu jadi kedodoran tanpa almarhum lho. Mereka tetap yang terbaik, dengan atau tanpa musisi spesialis keyboard ini. Hanya saja Jockie, menurut saya, membuat mereka sempurna.

Chrisye, misalnya. Jujur, lagu-lagu yang saya sukai dari penyanyi yang juga legendaris ini adalah ketika masih bersama Yockie dan Eros Djarot. Yang menelurkan lagu-lagu abadi macam Sabda Alam, Malam Pertama, dan Smaradahana.

Grup rock legendaris God Bless sama saja. Saya paling suka ketika formasinya masih ada Yockie di belakang Keyboard. Memang sih, sekarang banyak yang bilang album Cermin - yang minus Yockie - adalah yang paling intelek. Tapi mungkin karena itu saya perlu waktu dua puluh tahun buat mengerti bagusnya di mana. Itu pun bisa jadi salah mengerti. Hehehe.

Sementara lagu-lagu God Bless yang plus Jockie- seperti Huma di Atas Bukit, She Passed Away, Badut-Badut Jakarta, Maret '89, Menjilat Matahari, Apa Kabar - tak perlu pakai lama. Pertama dengar langsung hinggap di batin dan sampai sekarang menolak keluar.

Klasik dan progresif. Mungkin itu dua kata yang bisa dipakai menggambarkan ciri musiknya Jockie. Banyak komposer lain mungkin bisa membuat lagu bagus. Tapi Jockie satu dari sedikit yang bisa mengiringinya dengan melodi yang seolah hidup, berjiwa, dan bercerita. Tanpa perlu lirik.

Dengan jari-jarinya, saya tidak perlu menunggu reffrain untuk merasakan 'tendangan' sebuah lagu. Bahkan saya tidak perlu menunggu vokalisnya mulai bernyanyi. Dengerin intro-nya saja sudah merasakan klimaks pertama.

Kalau pembaca penasaran, boleh dengerin Huma di Atas Bukit-nya God Bless - yang versi tahun 1975, Pelangi atau Angin Malam-nya Chrisye - yang versi orisinal, Hasrat dan Cinta-nya Andi Mariem Mattalata, dan Badai Pasti Berlalu-nya Berlian Hutauruk.

Itu adalah contoh-contoh karya almarhum yang intronya saja ibarat adegan awal film-film James Bond. Sudah dikasih adrenalin duluan, bahkan sebelum ceritanya mulai.

Bukan cuma urusan musik yang bikin saya senang. Jockie juga punya selera soal lirik. Lagu-lagu yang diisi keyboard beliau selalu punya lirik yang mengusik. Baik ciptaan beliau sendiri atau karya koleganya. Bahkan ada lagu yang baru saya tahu maknanya ketika baca sana-sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun