Mohon tunggu...
Nuya
Nuya Mohon Tunggu... Lainnya - nu'aim khayyad

Madridista dan penghafal ayat kursi..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memaknai Hari Anak Nasional dengan Memperkuat Literasi: Belajar dari Pejuang Literasi Daerah

24 Juli 2020   15:30 Diperbarui: 8 September 2020   18:05 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wilayah Sape dan Lambu merupakan etnis Bima yang mendiami ujung timur pulau sumbawa. Secara potensi wilayah, dua kecamatan dari 18 Kecamatan di Kabupaten Bima ini masih mengandalkan sektor pertanian dan perkebunan dalam memenuhi kebutuhan hidup. 

Kondisi demikian menjadikan waktu dan tenaga masyarakat terkuras di ladang dan lahan pertanian. Hal mana, juga berimbas terhadap nasib anak-anak terutama dalam pendidikan. Alih-alih memikirkan aspek penting ini, yang seharusnya tertanam fondasi awal dengan baik, malah anak-anak kerap diajak ke sawah dan ladang  menemani orang tua.

Tak pelak, dunia baca dan bermain semakin jauh dan dijauhkan. Momentum anak-anak untuk bermain dan berinteraksi, penuh keceriaan laiknya dunia anak-anak,  seringkali terabaikan.

Ditambah lagi dengan kondisi menyesakkan secara geografis, letak desa-desa yang amat terpencil, jauh dari akses sarana prasarana pendidikan yang notabene sebagai faktor pendukung dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Jangan tanya bagaimana minat baca, lagi-lagi akan berpulang pada sarana prasarana.     

Sekolah dalam hal ini, idealnya harus mendorong perkembangan kognisi, afeksi maupun psikomotorik, yang dapat dicapai diantaranya melalui bermain dan membaca. Namun kenyataannya, ketersediaan buku-buku bacaan untuk anak-anak masih jauh dari memadai. Sehingga wajar, jika kecintaan anak terhadap membaca, perlahan mulai pudar seiring tuntutan kehidupan dan aspek lain yang memprihatinkan.

Harus pula dimaklumi, jika ada sebagian kalangan yang menolak hasil penelitian mengenai rendahnya minat baca anak-anak Indonesia. Sebut diantaranya Nirwan Ahmad Arsuka, sang inisiator pustaka bergerak, yang terang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap hasil survey PISA dan CCSU tentang rendahnya minat baca itu.    

Menurut Nirwan, sebenarnya bukan minat baca anak-anak yang rendah tapi lebih kepada persoalan akses untuk mendapatkan buku-buku. Maka membaca, terlebih kepada mencintai buku -- harus diberdayakan dengan sebuah konsep " jemput bola". Dalam hal ini, saya berpihak ke Nirwan.

Namun perlu pula ditambahkan faktor yang tak kalah pentingnya yakni keterlibatan orang tua dalam mendorong kecintaan anak-anak terhadap buku-buku bacaan. Sebab semua sudah mafhum dengan banyaknya penelitian tentang korelasi signifikan antara peran orang tua sebagai The first education (baca: pendidikan pertama dan utama) dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tak terkecuali minat baca !

Melihat kondisi objektif anak-anak di dua Kecamatan tadi --- maka klop sudah,  prihatinnya. Orang tua sibuk di sawah dan ladang, diperparah lagi  dengan faktor kesulitan akses terhadap buku-buku bacaan. Maka akan tergambar kemungkinan suramnya masa depan generasi bangsa.

Geliat literasi anak muda Sape

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun