Hari Sabtu 8 Februari 2025, merupakan hari Raya Saraswati. Hari Raya Saraswati dalam ajaran Hindu memiliki makna sebagai perayaan turunnya ilmu pengetahuan serta penghormatan terhadap Dewi Saraswati, dewi pengetahuan.Â
Hari ini diperingati setiap enam bulan sekali (210 hari) atau pada Saniscara Umanis Wuku Watugunung. Hari Saraswati menjadi momen yang sangat penting bagi umat Hindu, terutama bagi para pelajar dan mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
Saya dan keluarga semuanya bersiap merayakannya dengan membuat banten, namun ada juga pedanga yang menjualnya di pasar atau tempat tertentu.
Banten Saraswati terdiri dari daksina, beras wangi, dan air kumkuman yang diletakkan di atas pustaka-pustaka suci dan buku kemudian diberikan banten saraswati, sebagai ucapan terima kasig kepada Sang Hyang Aji Saraswati.
Saya, ditempatkan dalam tempat dulang, kemudian anak-anak dan cucui menitipkan buku-buku mereka ikut bersama-sama dalam satu tempat.
Perlu diketahui bahwa, dalam banten Saraswati ini, terdapat pula jaja cacalan (kue dari beras) yang berbentuk cecek (cicak dalam bahasa Indonesia) sebagai simbol Saraswati.
 Ada beberapa penafsiran mengenai penggunaan cecek atau cicak ini. Para arkeolog dan antropolog mengartikan cicak sebagai makhluk yang memiliki kekuatan magis, mampu merasakan getaran alam, dan dianggap sebagai simbol leluhur.
Sementara itu, para peneliti bahasa mengaitkannya dengan cecek atau titik dalam bahasa Indonesia, yang dianggap sebagai akhir dari sebuah kalimat. Menurut pandangan ini, titik tersebut melambangkan awal, dan pertemuan titik-titik tanpa henti ada pada angka nol (lingkaran). Dengan demikian, cicak/cecek di sini dipahami sebagai simbol untuk menggambarkan sesuatu yang sempurna, tak berujung, dan tak berakhir.
LAMBANG DAN SIMBOL SARASWATI