(Kota Bekasi, 08/08) Pandemi yang sedang terjadi memunculkan ketidakpastian di berbagai aspek. Salah satunya adalah kekhawatiran terkait masa depan. Hal ini berlaku dalam hal pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Pandemi sangat berdampak kepada sulitnya mendapatkan pekerjaan, pemasukan yang tidak stabil, cenderung menurun, serta regulasi pendidikan yang masih berubah-ubah terkait pandemi yang sedang dihadapi.
Sehubungan dengan hal tersebut, telah dilaksanakan sebuah program #kkndirumahaja yang dapat meningkatkan wawasan warga terkait apa saja "senjata" yang harus dipersiapkan dalam menghadapi "New Normal".
"Senjata" yang dimaksud tidak terbatas pada peningkatan kesadaran terkait protokol kesehatan, melainkan juga keterampilan seperti berpikir kreatif, optimisme, disiplin, empati, serta cara menghadapi tekanan. Program tersebut dituangkan melalui leaflet yang akan dibagikan di lingkungan sekitar. Selebaran ini juga dapat menjadi pengingat dalam melakukan keseharian masing-masing dan dibagikan kembali kepada mereka yang dirasa membutuhkan informasi tersebut. "Programnya bermanfaat. Para warga jadi lebih diingatkan. Selain itu, para warga juga diajak untuk benar-benar membaca informasinya dengan adanya leaflet yang dibagikan secara langsung, ada hard file nya." ungkap Widodo, Bapak Ketua RT wilayah setempat.
Program kedua diadakan melalui webinar yang membahas tentang optimisme. Optimisme sering dikaitkan dengan istilah tidak realistis, apakah memang benar seperti itu?". Kalimat ini membuka webinar bertajuk "Optimisme = Tidak Realistis?" yang telah berhasil diadakan pada hari Minggu, 02 Agustus 2020.
Materi yang disampaikan menjawab pertanyaan yang seringkali ada dalam pikiran banyak orang -- sebuah pemikiran bahwa optimisme berarti tidak bisa melihat konsekuensi, memaksakan sesuatu yang tidak bisa diubah, dan tidak bersikap realistis. Pembicara yang merupakan salah satu peserta KKN Tim II UNDIP Kota Bekasi mengungkapkan dengan jelas bahwa optimisme bukan berarti tidak realistis, melainkan sebaliknya. Orang yang optimis bisa melihat konsekuensi dari tindakan dan masalah yang sedang dialami, dan dapat menyesuaikan perilakunya terhadap masalah tersebut. Ketika orang tersebut menghadapi suatu kondisi atau masalah yang memang tidak bisa diubah, maka ia akan beralih kepada masalah yang dapat diselesaikan.
Webinar tersebut membahas mengenai bagaimana optimisme dapat dipelajari (learned optimism), serta apa pentingnya menjadi individu yang optimis, terutama dalam masa pandemi. Salah satu poin paling penting yang dibahas adalah bahwa optimisme dapat membantu kita lebih ahli dalam menghadapi tekanan. Tentu, hal ini berpengaruh terhadap peningkatan imun dan kesehatan individu (fisik dan mental). Pembahasan juga dilengkapi dengan sosialisasi mengenai intervensi psikologis untuk meningkatkan optimisme yang dapat dilakukan dengan mudah di rumah masing-masing.