Mohon tunggu...
Stefanus Adi Nugroho
Stefanus Adi Nugroho Mohon Tunggu... -

Remaja hasil pembentukan modernisasi sosial dan politik bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Dibutuhkan Adalah Kebersamaan, Bukan Kesamaan

11 Februari 2017   21:32 Diperbarui: 11 Februari 2017   21:49 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Sebuah negara dapat berdiri selama 71 tahun pasca-kemerdekaannya merupakan sebuah hasil perjuangan keras bangsanya. Mengapa saya berkata perjuangan keras? Karena negara yang saya maksudkan, Indonesia, merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam suku dan ras, juga agama, sebuah pedoman hidup bagi seorang individu. Tak mudah menyatukan semua keberagaman tersebut untuk menjadi sebuah kesamaan. Saya ralat, kebersamaan. Setiap individu tidak boleh disamakan, karena Tuhan sendiri menciptkan manusia berbeda-beda. Yang dibutuhkan adalah kebersamaan. Tidak mudah menyatukannya karena adanya berbagai pandangan dalam hidup yang berbeda, dimana benar dan salah diperdebatkan.

Belakangan ini terdapat sebuah isu perpolitikan yang melibatkan agama dan ras, dimana hal ini bersifat memisahkan. Mencoba untuk memisahkan masyarakat yang sudah 71 tahun lamanya hidup bersatu dalam perbedaan. Saya tidak akan menyebutkan isu-isu tersebut, dan memperdebatkannya disini, karena benar atau salah tidak dapat diperdebatkan dengan orang yang memiliki pandangan berbeda, akan sulit dan panjang lebar dan berujung nihil. Sebagai seorang pelajar, jelas bahwa saya sangat kecewa melihat apa yang terjadi. Saya diajarkan melalui semboyan negara "Bhineka Tunggal Ika", bahwa artinya adalah berbeda-beda tetapi tetap satu, tetapi hal tersebut terlihat hanya seperti bualan belaka yang dibuat hanya sebagai basa-basi dari pendiri negeri. Mungkin 'berbeda-beda tetapi yang memimpin hanya boleh satu' lebih tepat untuk orang-orang yang menggunakan agama dan ras sebagai senjata politik mereka.

Karena permainan politik ini, banyak pengaruh baik maupun buruk yang beredar dalam masyarakat, khususnya kami kaum pelajar, penerus bangsa. Kaum muda banyak dibutakan oleh berbagai macam isu dan "peraturan" agama ini itu. Kami sebagai generasi muda dan penerus bangsa tidak memerlukan hal yang sifatnya memecah belahkan kalangan masyarakat seperti ini. Kami tidak butuh sebuah drama politik, kami butuh hal yang sifatnya mendidik. Untuk menjadi seorang pemimpin, pelayan masyarakat, agar bangsa ini tidak hanya berjalan ditempat, tetapi melangkah maju.

Dalam foto yang saya unggah diatas menunjukan bahwa keberagaman tidak memisahkan suatu individu, melainkan menciptakan kebersamaan tersebut. Foto tersebut menunjukan bahwa saya (yang sedang tertawa), seorang Jawa campuran Tionghoa yang beragama Katolik, sedang menampilkan tarian adat dari Aceh bersama teman-teman saya yang memiliki ras dan agama berbeda-beda, ada yang Batak, Jawa, Tionghoa, Islam, Buddha, Hindu dan sebagainya. Apakah kami terlihat murung atau jijik menampilkan tarian tersebut karena bukan adat yang kami miliki? Apakah kami membenci satu sama lain karena kami berbeda? Jawabannya sama sekali tidak. Kami sebagai masyarakat Indonesia sadar akan adanya plurarisme ditengah-tengah kami. Kebersamaan kami sendiri timbul bukan karena adanya kesamaan, melainkan perbedaan yang membuat kami saling menghargai satu dengan yang lain.

Kita sebagai sesama masyarakat Indonesia harus bisa menjaga kebersamaan dan kesatuan yang telah diperjuangkan oleh nenek moyang, para pahlawan kita, dalam melawan para penjajah dan memperjuangkannya berdiri selama ini. Perjuangan dalam perbedaan ini penting, karena perbedaan dapat melengkapi kekurangan dan perbedaan sendiri merupakan hal yang indah. Baiklah kita, masyarakat Indonesia, bersatu untuk bersama merawat perbedaan.

Dari Stefanus Adi Nugroho,

Seorang siswa yang berada ditengah keberagaman. Cheers to diversity.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun